SOLOPOS.COM - Ketua Solo Societeit, Dani Saptoni memimpin rombongan tur Bahureksa Surakarta saat menyusuri jejak sejarah Keraton Solo di kompleks Sitihinggil Keraton, Sabtu (20/8/2022). (Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SOLOKeraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang merupakan pusat budaya dan tradisi pada masanya menjadi saksi berbagai kisah misteri yang menarik di balik tembok-temboknya. Seperti kisah batu bernama Selo Pamecat di undakan menuju Bangsal Sitihinggil Keraton Solo.

Batu itu dipercaya sebagian orang sebagai tempat pemenggalan kepala Trunajaya, pemberontak Mataram di era Amangkurat Agung. Namun di luar kisah itu, lokasi diletakkannya batu Selo Pamecat di depan Sitihinggil juga dipercaya merupakan lokasi dikuburnya kepala Kiai Sandiman, seorang begal kenamaan di masa-masa awal Keraton Solo.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Dikisahkan, dia beberapa kali berhasil masuk ke lingkungan Keraton. “Tapi dia bukan dalam konteks ingin merampok, hanya ingin menunjukkan eksistensi rakyat jelata, bahwa rakyat jelata itu bisa melawan, dan penguasa tak bisa selalu aman,” ujar Ketua komunitas pencinta sejarah Solo Societeit, Dani Saptoni, kepada Solopos.com, Jumat (26/8/2022).

Dalam beberapa kali aksinya masuk ke Keraton Solo, lanjut Dani, Kiai Sandiman tidak pernah mengambil benda atau barang-barang. Singkat cerita, Kiai Sandiman kemudian menyerahkan diri kepada otoritas Keraton Solo.

“Kiai Sandiman menyerah dengan syarat badannya dipakai tumbal sebagai tindih Kasunanan. Di mana kepalanya ditanam di sini [batu Selo Pamecat], brengose dicabuti ditanam di Brengosan Purwosari, lalu badannya gembung ditanam di tengah Waduk Mulur,” urainya mengenai akhir tragis nasib begal tersebut.

Baca Juga: Bukan Goplem, Ini 2 Raksasa Gaib yang Sering Dilihat Abdi Dalem Keraton Solo

Pagebluk Besar

Namun Dani mengakui ada versi lain terkait keberadaan batu Selo Pamecat yang menyimpan kisah misteri di undakan Bangsal Sitihinggil Keraton Solo. Versi itu mengisahkan batu itu sebagai tempat mengubur kepala Demang Pancal Panggung dari Cawas, Klaten.

Dani menceritakan pada masa Paku Buwono (PB) V berkuasa terjadi pagebluk besar dan kelaparan melanda wilayah Keraton Solo. Saat bermeditasi, PB V mendapatkan wangsit bahwa pagebluk sirna bila ada tumbal orang dengan ciri-ciri Pancal Panggung.

“Pancal Panggung adalah tanda lahir gurat putih di pergelangan tangan dan kaki. Kemudian PB V menyamar, incognito ke Cawas. Di satu desa beliau menemukan Demang yang menimbun pangan ternyata punya ciri Pancal Panggung,” tuturnya.

Baca Juga: Kisah Mistis Goplem, Raksasa Gaib Penunggu Sitihinggil Keraton Solo

Mengetahui hal itu, Dani mengisahkan PB V membawa Demang tersebut ke Keraton Solo dan dieksekusi sebagai tindih atau tolak bala. “Dieksekusi sebagai tindih dan tolak bala meredam pagebluk. Kemudian kepalanya ditanam di sini,” katanya.

Sementara badan dari Demang Pancal Panggung dimutilasi dan kulitnya ditanam di atas pintu-pintu gerbang Keraton Solo. “Kepala ditanam di sini [Selo Pamecat], tubuhnya dimutilasi, dan kulitnya ditanam di atas regol-regol Keraton,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya