Soloraya
Jumat, 12 November 2021 - 01:17 WIB

Misteri Makam Solo: Den Bagus Kinthir Diduga Kerabat Mangkunegaran

Kurniawan  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi makam Den Bagus Kinthi di pinggir Kali Pepe, Pringgading RT 004/RW 009 Setabelan, Banjarsari, Solo, Kamis (11/11/2021) siang. (Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Den Bagus Kinthir yang makamnya berada di tengah-tengah permukiman pinggir Kali Pepe wilayah Pringgading, Setabelan, Banjarsari, Solo, diduga merupakan kerabat Mangkunegaran.

Dugaan itu disampaikan Ketua Komunitas Sejarah Solo Societeit, Dani Saptoni, saat dimintai keterangan Solopos.com mengenai makam misterius di Pringgading tersebut, Kamis (11/11/2021). Dani mengaku belum tahu persis keberadaan dan sejarah makam Den Bagus Kinthir di pinggir Kali Pepe.

Advertisement

Tapi ia menduga makam tersebut makam dari salah satu kerabat Mangkunegaran. “Kemungkinan itu salah satu makam Kerabat MN [Mangkunagoro] juga, menilik model nisannya itu dari awal abad XIX. Kemungkinan era MN II atau MN III,” terangnya.

Baca Juga: Penataan Permukiman Kumuh di Eks RW 023 Semanggi Solo Pakai Dana CSR

Ihwal nama Den Bagus Kinthir, menurut Dani, merupakan penamaan dari warga sekitar makam. Karena lokasinya dekat Kali Pepe yang dulunya sungai besar, maka diberi nama Den Bagus Kinthir yang artinya tuan muda yang mati hanyut.

Advertisement

Seperti diinformasikan, di perkampungan padat penduduk pinggir Kali Pepe Solo, tepatnya di wilayah Pringgading RT 004/RW 009 Setabelan, Banjarsari, terdapat makam tua yang konon merupakan makam Den Bagus Kinthir.

Baca Juga: Jadi Contoh Pasar Tradisional Konsep Modern, Pasar Tanggul Solo Kini…

Makam tersebut hanya satu-satunya di area permukiman penduduk. Letaknya berimpitan dengan bangunan rumah warga di kanan-kirinya. Secara umum kondisi makam tersebut cukup terawat dan bersih.

Advertisement

Seorang warga bernama Joko, yang rumahnya berjarak satu rumah dari makam itu menyebut itu makam Den Bagus Kinthir. Kinthir berasal dari bahasa Jawa yang berarti hanyut.

Baca Juga: 826 Kasus Perceraian di Solo Sepanjang 2020, Ada yang Karena Poligami

Joko mengatakan dulu makam itu ramai diziarahi orang terutama pada malam Jumat. Namun beberapa tahun ini Joko sudah tidak pernah mendapati orang yang berziarah di makam itu. “Sekarang ini ada yang kasih sesajen paling ketika mau punya gawe,” urainya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif