SOLOPOS.COM - Makam Tembungboyo di Kelurahan/Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri, yang menjadi lokasi pesugihan kandang bubrah. Foto diambil Selasa (1/11/2022). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Di Wonogiri terdapat makam yang kerap didatangi orang dari berbagai daerah karena terkenal sebagai tempat pesugihan kandang bubrah. Makam bernama Tembungboyo itu berada di wilayah Kelurahan/Kecamatan Purwantoro.

Pesugihan sudah lama menjadi bagian dari kultur yang berkembang di masyarakat Jawa. Keinginan untuk mencapai kesuksesan atau kekayaan dalam waktu singkat ditambah kepercayaan yang kuat terhadap hal berbau klenik membuat konsep pesugihan mengakar kuat.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Tulisan ilmiah berjudul PESUGIHAN: Hubungan Uang dan Mistik dalam Perspektif Antropologis karya Onesius Otenieli Daeli di laman unpar.ac.id, menyebutkan pesugihan adalah tindakan mempersekutukan diri dengan setan untuk tujuan menimbun kekayaan.

Pesugihan melibatkan kesepakatan, janji, tumbal, dan berbagai risiko negatif yang bisa ditimbulkan, antara lain taruhan nyawa. Selain itu, pesugihan memiliki beberapa elemen yang menyertainya.

Elemen itu meliputi pelaku/ pemohon, tempat khusus seperti tempat ziarah (gunung, gua, kuburan, dsb), transaksi dagang (harga), media (perantara), ritual (doa, semedi, seks, sesajen), perjanjian khusus, masa berlaku, dan jimat.

Di sisi lain, kandang bubrah seperti yang ada di Wonogiri, menurut cerita yang beredar, merupakan salah satu bentuk kesugihan yang konon tidak memerlukan tumbal. Namun demikian, bukan berarti ritual pesugihan ini aman dan boleh dicoba karena segala sesuatu pasti mendatangkan risiko.

Pesugihan kandang bubrah mensyaratkan pelaku pesugihan harus terus merenovasi, membangun, atau menambah bagian rumah miliknya setiap waktu tertentu. Jika hal itu tidak dilalukan maka akan ada celaka yang menimpa pelaku atau keluarga pelaku.

Dari informasi yang diperoleh Solopos.com, pesugihan kandang bubrah di Makam Tembungboyo, Kelurahan/ Kecamatan Purwantoro, sudah ada sejak lama. Namun sejak kapan atau bagaimana awal mulanya makam itu sampai menjadi lokasi pesugihan sampai saat ini masih misteri.

Masyarakat setempat menilai hal ini sebagai bentuk kearifan lokal dari nenek moyang. Meski sudah ada sejak lama, pesugihan ini baru ramai pengunjung semenjak beberapa content creator menjadikan pesugihan kandang bubrah di makam Tembungboyo, Wonogiri, sebagai bahan content yang mereka unggah di kanal Youtube atau media sosial lain.

Orang-orang dari berbagai daerah berdatangan karena percaya jika melakukan ritual pesugihan kandang bubrah di makam Tembungboyo, keinginan mereka akan terpenuhi.

Menimbulkan Keresahan Sebagian Kalangan

Menurut keterangan tokoh masyarakat setempat, Marhaendi, yang diwawancarai Solopos.com pada November 2022 lalu, mereka yang datang kebanyakan karena sedang terimpit masalah ekonomi, seperti terlilit utang atau bisnisnya sedang hancur.

Mereka yang datang ke makam Tembungboyo justru banyak yang bermobil. Selain itu banyak pula yang datang berkali-kali karena merasa permintaan mereka terkabul. Mereka biasanya berdatangan pada malam hingga dini hari terutama malam Jumat Kliwon dan Wage.

Orang-orang itu datang membawa berbagai persyaratan seperti kembang, ayam panggang buceng, dan minyak serimpi. Salah satu warga Purwantoro, Mono, menyampaikan mereka yang datang ke Makam Tembungboyo tidak hanya dari Jawa, melainkan juga dari luar Jawa seperti Sumatra, Kalimantan, bahkan Papua.

“Enggak cuma pesugihan, ada juga yang datang ke sini karena minta jodoh. Macem-macem pokoknya. Ada juga yang sudah ke sini tujuh-delapan kali. Malahan ada yang katanya sudah haji pun ke sini,” kata Mono.

Namun keberadaan Makam Tembungboyo yang kian ramai menjadi lokasi ritual pesugihan kandang bubrah ini sempat menimbulkan keresahan dan perpecahan di kalangan masyarakat Purwantoro, Wonogiri.

Sebagian masyarakat menganggap perilaku orang-orang yang berdatangan untuk melakukan ritual pesugihan itu tidak sesuai dengan ajaran agama. Oleh karena itu ada warga yang menyebarkan surat penutupan lokasi Makam Tembungboyo sebagai lokasi pesugihan agar ditandatangani warga setempat.

Sementara sebagian masyarakat lain memilih membiarkan saja makam Tembungboyo ramai didatangi orang yang meminta pesugihan karena menganggap itu kearifan lokal warisan nenek moyang dan tidak merugikan warga. Bahkan keramaian itu dianggap sebagai peluang wisata spiritual yang bisa mendongkrak perputaran ekonomi masyarakat sekitar.

Mengenai makam Tembungboyo di Purwantoro, Wonogiri, kanal Youtube PSW Channel dalam videonya yang diunggah pada 2021 lalu mengungkapkan makam tersebut merupakan permakaman umum di Purwantoro, Wonogiri.

Di makam itu banyak pohon-pohon besar yang menjulang tinggi seperti pohon luh dan beringin. Makam ini dikelola juru kunci yang sudah turun temurun dan saat ini sudah generasi kelima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya