Soloraya
Minggu, 3 Oktober 2021 - 13:01 WIB

Misteri Sosok Jayengrana di Situs Plosorejo Sragen

Tri Rahayu  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Situs pohon beringin putih dipagari bambu membentuk persegi di situs candi Desa Plosorejo, Kecamatan Gondang, Sragen, Jumat (1/10/2021). (Solopos-Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Sebuah pohon beringin putih berumur ratusan tahun berdiri berdampingan dengan pohon nagasari di pinggiran Dukuh Bangunsari RT 16, Desa Plosorejo, Kecamatan Gondang, Sragen. Kedua pohon itu dipagari bambu keliling membentuk persegi.

Di bawah pohon terdapat tumpukan batu bata berukuran besar. Beberapa batu bata ada semacam relief hiasan membentuk seperti makara candi.

Advertisement

Selain itu, masih ada batu bata berelief yang terpendam di antara akar beringin putih itu. Lokasi itu cukup luas. Di sebelah utara pohon itu ada bangunan rumah kecil terbuat dari tembok dengan pagar besi. Di bangunan itu terdapat sebuah yoni dari batu andesit dengan sisi berukuran sekitar 40 cm. Yoni itu memiliki lubang bundar di bagian atas tetapi ke dalamnya berbentuk segi empat.

Baca juga: Cegah Taman Harmoni Hijau Jadi Spot Pacaran, Karang Taruna Turun Tangan

Advertisement

Baca juga: Cegah Taman Harmoni Hijau Jadi Spot Pacaran, Karang Taruna Turun Tangan

Juru kunci situs tersebut, Katiman, 60, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (1/10/2021), menyebut lokasi itu diyakini ditunggui sosok yang bernama Jayengrana. Katiman mengaku pernah ditemui sosok itu tetapi tidak berdialog.

Jayengrana, menurut dia, adalah seorang laki-laki cukup tinggi dengan pakaian serba hitam. Rambutnya digelung ke belakang dan jenggotnya panjang hitam hampir sedada.

Advertisement

Katiman merupakan generasi keempat juru kunci di lokasi itu. Awalnya juru kunci itu bernama Surodongso. Kemudian diganti Sodikormo, lalu Somito, dan Katiman.

Baca juga: Baru Jalan 10 Meter, Mobil Tangki Aspal di Sragen Terbakar

Dia mengatakan dulu ada tradisi Sadranan habis panen atau habis tandur namun sekarang tidak dilakukan lagi. Atas inisiatif sendiri Katiman menggali sumur di sebelah baratnya.

Advertisement

Lokasi sumur sedalam tiga meter itu sekitar 10 meter dari pohon itu. Sumur itu sekarang tak ada airnya. Katiman percaya bila air sumur itu ternyata bisa menyembuhkan gatal-gatal di kulit.

“Dulu pernah ada Mbah Kromo yang tinggal tak jauh dari situs itu. Ia menemukan sebuah cincin emas di dekat pohon dan diberi tanda dan ditunggu semalam. Bila dalam semalam masih ada maka cincin itu diambilnya. Ternyata dalam semalam cincin itu sudah tidak ada,” ujarnya.

Situs Candi Era Majapahit

Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Sragen Andjarwati Sri Sajekti saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (2/10/2021), mengakui bila tim TACB pernah datang ke situs itu dan meregistrasi situs itu. Dia menduga situs itu merupakan situs candi di era Majapahit, tepatnya sekitar abad XIV.

Advertisement

“Itu situs candi Hindu. Dulu tempat sembahyang. Ya, yoninya tinggal satu. Dulu katanya ada arcanya. Situs itu sudah teregistrasi pada 2020,” katanya.

Baca juga: Pria Ngawi Meninggal di Pasar Nglangon Sragen, Posisi Duduk Bibir Biru

Pemerhati cagar budaya dari Yayasan Palapa Mendira Harja Cabang Sragen, Lilik Mardiyanto, menyampaikan tokoh Jayengrana itu dulunya merupakan Bupati Ponorogo pada masa Raja Majapahit Brawijaya V.

Peran Jayengrana ini mendampingi Brawijaya dari kejaran musuh. Dia mengatakan Jayengrana inilah yang menyembunyikan Brawijaya V saat dikejar-kejar pasukan Demak.

“Pada era Mangkubumi, Jayengrana ini mendapat tanah perdikan di sebelah timur Ponorogo dan berganti nama Syech Muhammad Nur. Makamnya di puncak bukit sekitar 20 meter arah timur dari Ponorogo. Lokasinya arah Gunung Wilis sebelum hutan kayu putih,” ujarnya.

Baca juga: Ingin Ubah Sampah Jadi Emas, Warga Plumbungan Sragen Belajar ke Bantul

Lilik menerangkan adanya pohon nagasari itu merupakan simbol dari Majapahit di era Brawijaya V sedangkan pohon beringin putih itu simbol tokoh dari Prambanan. Dia menduga situs candi di Plosorejo itu merupakan petilasan Jayengrana atau tempat pertemuan antara tokoh dari Majapahit dengan tokoh dari Pengging (Prambanan).

Seorang pemerhati sejarah Sukowati, Widodo, melihat situs candi itu sebagai situs tua, bahkan lebih tua dari Majapahit. Dia mengatakan sosok Jayengrana itu merupakan sosok yang ada sebelum Majapahit tetapi berkaitan dengan masa Kerajaan Pohan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif