Soloraya
Selasa, 8 November 2022 - 14:41 WIB

Monumen Watu Gilang Selogiri, Mengenang Terbentuknya Pemerintahan di Wonogiri

Yulia Mariska  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Prasasti Nglaroh alias Watu Gilang Wonogiri. (Youtube)

Solopos.com, WONOGIRIMonumen Watu Gilang berada di perkarangan milik Sodimejo di Dusun Nglaroh, Desa Pule, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Di zaman dahulu, Raden Mas Said alias Pangeran Sambernyawa pernah menggunakan Watu Gilang untuk tempat duduk bersila guna semedi memohon petunjuk kepada Sang Khalik atas kesusahan saat berjuang.

Dilansir dari laman bukupintarkabupatenwonogiri.blogspot.com, Selasa (8/11/2022), saat bersemedi, Pangeran Sambernyawa juga dikelilingi para prajurit dan punggawa untuk melaksanakan musyawarah. Di tempat ini juga, Raden Mas Said didukung prajurit serta masyarakat sekitar menyusun sebuah embrio kecil pemerintahan.

Advertisement

Guna memperingati peristiwa ini, lantas tempat itu diberi nama Nglaroh yang berasal dari kata Ngelar dan Roh yang memiliki makna memperluas wilayah. Dalam melaksanakan jalannya pemerintahan, Raden Mas Said mempunyai semboyan Tri Dharma, yakni mulat sarira hangrasa wani, rumangsa melu handarbeni, wajib melu hangrungkebi.

Akhirnya, perjuangan Raden Mas Said dalam memperjuangkan nasib serta rakyatnya membuahkan hasil dan diakuinya daerah kekuasaan sebagai Praja Mangkunegara. Raden Mas Said mendapatkan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I.

Kegigihan Raden Mas Said dalam menentang kolonialisme Belanda mengakibatkan Pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan kepadanya gelar pahlawan nasional dan tanda kehormatan Bintang Mahaputra Adipurna.

Advertisement

Baca Juga: Sendang Siwani Wonogiri, Pembangkit Keberanian Sambernyawa saat Melawan Belanda

Lantaran hal itu pula dibuatkan Monumen Watu Gilang sebagai prasasti jejak sejarah terbentuknya pemerintahan di Wonogiri. Dinamakan Watu Gilang karena prasasti terdiri dari sebuah batu pipih lonjong dengan tinggi menjulang sekitar 45 cm.

Ada lima lekukan pada permukaan yang dimanfaatkan simulasi strategi perang gerilya dengan bantuan batu-batu kecil. Di bagian bagian Monumen Watu Gilang ada kuburan kuda.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif