Soloraya
Sabtu, 29 April 2023 - 17:03 WIB

Mual Muntah Diare Seusai Makan, Ini Pengakuan Korban Keracunan Massal di Sragen

Tri Rahayu  /  Mariyana Ricky P.D  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para warga antre dan hilir mudik ke rumah bidan Desa Jambeyan, Sambirejo, Sragen, untuk meminta periksa dan meminta obat karena mereka mengeluhkan mual-mual dan diare, Jumat (28/4/2023) malam. (Istimewa/Sugiyono)

Solopos.com, SRAGEN — Sejumlah korban keracunan massal di wilayah Desa Jambeyan dan Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Sragen mengaku merasakan mual kemudian muntah-muntah dan diare setelah makan nasi punjungan yang dibagikan Jumat (28/4/2023) sore.

Hingga Sabtu (29/4/2023) per pukul 13.30 WIB, jumlah korban kasus keracunan massal itu mencapai 280 orang.

Advertisement

Status kejadian luar biasa (KLB) mengingat jumlahnya bertambah dua kali lipat dalam waktu singkat, masih menunggu keputusan Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen Udayanti Proborini menerangkan kasus keracunan massal itu berawal dari adanya warga yang mengeluh mual dan muntah serta diare yang datang ke Bidan Desa Jambeyan yang rumahnya sekarang menjadi Posko Kesehatan Jambeyan pada Jumat (28/4/2023) pukul 20.00 WIB. 

Advertisement

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen Udayanti Proborini menerangkan kasus keracunan massal itu berawal dari adanya warga yang mengeluh mual dan muntah serta diare yang datang ke Bidan Desa Jambeyan yang rumahnya sekarang menjadi Posko Kesehatan Jambeyan pada Jumat (28/4/2023) pukul 20.00 WIB. 

Selang beberapa saat, kata dia, banyak warga berdatangan dengan keluhan yang sama. Setelah para warga ditanya, Udayanti mengatakan ada kecurigaan terhadap makanan punjungan orang yang punya hajat di wilayah Desa Jambeyan.

“Kemudian bidan desa sigap langsung koordinasi dengan Puskesmas Sambirejo. Kemudian puskesmas berkoordinasi dengan Muspika Sambirejo dan Dinkes Sragen untuk melakukan antisipasi penanganan. Kemudian pada Sabtu pagi dibuka posko dengan melibatkan desa di sekitar Jambeyan dan melibatkan ambulans desa, ambulans puskesmas, dan ambulans PSC 119 Sukowati,” ujar Udayanti yang juga Ketua PSC 119 Sukowati Sragen.

Advertisement

“Dalam satu rumah itu yang makan makanan punjungan itu ada empat orang, saya, dua anak saya, dan simbah. Tetapi untuk dua anak saya dan simbah tidak apa-apa dan cukup rawat jalan. Saya juga sempat obat jalan tetapi sampai di rumah muntah-muntah terus dan akhirnya oleh suami dibawa ke puskesmas,” ujarnya.

Di salah satu bangsal itu, ada lima orang pasien keracunan massal. Saliyem, 62, warga Jambeyan, mengaku lemas dan terbaring lemas di ranjang perawatan Puskesmas Sambirejo. 

Dia berkisah awalnya Saliyem puasa Syawal di hari kelima. Saat Azan Magrib, Saliyem berbuka puasa pada Jumat (28/4/2023) sore.

Advertisement

“Makanan punjungan itu dimakan untuk berbuka puasa. Setelah satu jam, saya lalu mual-mual dan muntah. Setelah diare. Selama ini sudah 15 kali buang air besar. Saya datang ke rumah Bu Bidan kemudian dibawa ke puskesmas pada Jumat malam pukul 21.00 WIB,” ujarnya.

Korban keracunan lainnya, Hadi Wiyono, 73, warga Dukuh Galeh, Jambeyan, juga masih terbaring tetapi tubuhnya tidak demam. 

Dia mengaku sempat pingsan sebelum dibawa ke Puskesmas Sambirejo, Sragen. Hadi makan makanan punjungan itu pada Jumat sore, pukul 17.00 WIB, sepulang dari tegalan.

Advertisement

“Pulang dari tegal itu kan lapar kemudian makan. Setelah itu tahu-tahu perut ini sakit dan sampai tidak sadar. Ternyata baru tahu karena pingsannya itu gara-gara tensi saya sampai 180,” ujarnya.

Dia bersyukur langsung ada penanganan dan dibawa ke puskesmas. Dia masih merasa perutnya sakit dan kalau dipijat seperti keras. Kondisi saat ini, Hadi sudah bisa makan dan tidak muntah lagi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif