Solopos.com, BOYOLALI – Sejumlah sekolah di Boyolali mulai diliburkan hari ini, Jumat (20/3/2020). Pihak sekolah memanfaatkan hari terakhir masuk, Kamis (19/3/2020), untuk memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tugas yang diberikan.
Pada 20-28 Maret 2020 seluruh sekolah di Boyolali diliburkan untuk mengantisipasi persebaran virus corona. Berdasarkan pantauan Solopos.com, Kamis pagi di wilayah Ngemplak, Boyolali, masih terlihat pelajar mengayuh sepeda menuju sekolah.
Terlihat pula siswa yang datang ke sekolah diantar keluarga. Seperti terlihat di SMP Negeri 2 Ngemplak.
Wanita Positif Corona Mojosongo Solo Sempat Rewang dan ke Pasar
Wanita Positif Corona Mojosongo Solo Sempat Rewang dan ke Pasar
Berdasarkan kebijakan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali, pada Kamis sekolah memang masih masuk. Namun mulai Jumat, sekolah sudah libur dan para siswa diarahkan untuk belajar di rumah.
Salah satu guru SMP Negeri 2 Ngemplak Boyolali, Nur Mustaqim, mengatakan hari itu para siswa masih masuk sekolah untuk mendapatkan penjelasan libur dan tugas yang harus dikerjakan selama libur.
Update! Persebaran Corona Cakup Seluruh Wilayah Jateng
Di wilayah Ngemplak, Boyolali juga masih aktivitas siswa di beberapa SD. Hal serupa juga terjadi di sekolah di daerah lain. Seperti di SMP Negeri 1 Cepogo maupun di SD Muhammadiyah Program Khusus Banyudono.
"Untuk pelaksanaanya sesuai dengan surat edaran [Dinas Pendidikan dan Kebudayaan]. Hari ini masuk untuk sosialisasi kalau besuk libur," kata Kepala SMP Negeri 1 Cepogo, Suroto.
Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Boyolali, Kami Lasno, mengatakan untuk kebijakan libur sekolah berkaitan dengan antisipasi persebaran corona, secara efektif dilakukan Jumat (20/3).
"Masuk lagi 30 Maret 2020. Nanti akan dilihat kembali kondisinya seperti apa. Kalau belum memungkinkan bisa diperpanjang lagi," kata dia kepada Solopos.com.
Virus Corona Bisa Mati Kena Detergen? Ini Penjelasan LIPI
Sedangkan mengenai pemberian tugas kepada siswa selama libur sekolah, akan dilakukan menggunakan grup di media sosial. "Sudah kami diskusikan di forum MKKS [Musyawarah Kerja Kepala Sekolah] mengenai kegiatan pembelajaran di rumah. Kemudian diambil skenario, masing-masing kelas dibuntuk grup media sosial terdiri dari 32 siswa, wali kelas dan guru mata pelajaran. Komunikasi melalui grup tersebut," kata dia.
Selain itu pihaknya juga meminta agar guru memantau kesehatan siswa dan keberadaan siswa selama liburan melalui media komunikasi tersebut.