SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SOLO — Sejumlah stakeholder menyetujui revisi desain bangunan Museum Keris yang kental unsur Jawa. Kesepakatan persetujuan itu terkuak dalam sosialisasi pembahasan revisi bangunan Museum Keris di Ramayana Resto Solo, Kamis (16/5/2013).

Pasalnya dalam pertemuan sebelumnya di Monumen Pers Nasional, stakeholder yang terdiri dari pemerhati budaya, ahli keris, akademisi dan teknisi sempat terjadi perdebatan panjang dan belum menemukan titik temu.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kepala Dinas Tata Ruang Kota (DTRK) Solo, Endang Sitoresmi Suryandari memaparkan dengan kesepakatan revisi desain Museum Keris, ditargetkan akhir Mei penyusunan detail engineering design (DED) selesai.

“Kami masih terbuka untuk menerima masukan dari stakeholder pembangunan Museum Keris. Untuk bangunan eks rumah sakit jiwa (RSJ) Mangunjayan di lahan pembangunan Museum Keris tetap dipertahankan. Nanti bangunan bekas RSJ, untuk pengelola dan tempat industri kreatif,” papar Endang, Kamis.

Dalam kesempatan itu, konsultan dari CV Nirwana, Agus Supriyanto, memaparkan lima jenis bangunan Museum Keris yang hampir sama.

“Berdasarkan masukan pada pertemuan sebelumnya, revisi desain kental dengan unsur bangunan Jawa,” paparnya.

Dikatakan Agus, konsep revisi bangunan museum sebagian besar mengadopsi jenis bangunan ala Jawa. Di mana di dalam bangunan yang terdiri dari basement, lantai I, II, III dan IV. Selain itu, pada bangunan mengandung unsur jenis joglo, limasan serta kampung. Hanya saja, dia mengakui desain yang dipaparkan membutuhkan penyempurnaan lagi.

“Hampir 90 persen bangunan museum mengadopsi bangunan Jawa. Ya adanya pertemuan ini, semua pihak bisa memberikan masukan. Tadi juga ada masukan pembuatan besalen atau bangunan khusus pembuatan keris di luar bangunan utama. Itu masukan bagus,” terang Agus.
Salah satu peserta dari perwakilan Komunitas Keris Boworoso Tosan Aji Surakarta (Brotosuro), Agus Triatmojo mengatakan, desain bangunan Museum Keris sudah sesuai dengan keinginan semua pihak. Hal itu bisa diketahui dari pemaparan desain yang merujuk pada seni dan budaya Jawa.

Seperti diketahui, dalam pertemuan awal, stakeholder  menentang desain bangunan museum yang lebih kental membawa arsitektur kolonial Belanda. Oleh karena itu, para peserta meminta konsultan dan pihak DTRK merevisi desain. Sebab, berdasarkan masukan dari peserta, bangunan Museum Keris yang dianggarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebesar Rp10 miliar harus kental dengan unsur Jawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya