Soloraya
Sabtu, 2 November 2013 - 00:30 WIB

MUSIM HUJAN : Delapan Kecamatan Diminta Waspada Bencana

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Banjir (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI — Memasuki musim hujan, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana di Kabupaten Boyolali diminta meningkatkan kewaspadaan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali mencatat setidaknya ada delapan kecamatan di Kota Susu merupakan daerah rawan bencana tersebut.

Untuk daerah rawan longsor, di antaranya tiga kecamatan di kawasan lereng Gunung Merapi-Gunung Merbabu, yakni Cepogo, Selo
dan Musuk. “Setelah musim kemarau panjang, tanah di kawasan pegunungan tersebut berpotensi longsor seusai hujan deras,” ungkap Kasi Kedaruratan BPBD Boyolali, Kurniawan Fajar Prasetyo, ketika ditemui wartawan di kantornya, Jumat (1/11/2013).

Advertisement

Yoyok, sapaan akrabnya, mengimbau agar ketika hujan deras turun dalam waktu lebih dari satu jam lamanya, warga yang rumahnya berada di lereng pegunungan itu waspada dan kemungkinan harus keluar dari rumah untuk menghindari jika tiba-tiba terjadi tanah longsor. Tiga kecamatan tersebut juga masuk dalam daerah rawan bencana erupsi Gunung Merapi. Meskipun demikian, Yoyok mengatakan status Gunung Merapi saat ini masih aktif normal.

Ditambahkan dia, selain tiga kecamatan itu, daerah rawan longsor lainnya adalah Kecamatan Wonosegoro yang terletak di Boyolali bagian utara. Wilayah itu diakui rawan longsor dengan melihat kondisi geografis kawasan tanah kapur. Selain rawan longsor, Kecamatan Cepogo masuk dalam kategori rawan bencana banjir.

Sedangkan kecamatan rawan banjir lainnya adalah Ngemplak, Nogosari, dan Juwangi. Dari pengalaman sebelumnya, di Kecamatan Ngemplak memiliki tipe banjir yang cepat surut. Di Kecamatan Ngemplak terdapat Kali Pepe yang muaranya menuju Sungai Bengawan Solo. Sedangkan Kecamatan Juwangi rawan banjir dari luapan Sungai Serang. “Sedangkan untuk bencana puting beliung maupun kebakaran hampir merata bisa terjadi di semua kecamatan,” imbuhnya.

Advertisement

Namun untuk kebakaran, Yoyok menegaskan potensi muncul lebih banyak disebabkan faktor kelalaian manusia. “Banyak kasus karena hubungan arus pendek listrik, kompor atau tungku api yang belum dimatikan apinya, hingga menyebabkan kebakaran tersebut,” terangnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif