SOLOPOS.COM - Sawah tadah hujan di Dusun Kebyuk, Kecamatan Jatisrono, Wonogiri bertransformasi menjadi sawah irigasi setelah mendapatkan kemudahan akses kelistrikan melalui program Electrifying Agriculture (EA) PLN.(Istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI — Para petani khususnya petani tadah hujan di Wonogiri didorong untuk beralih menanam tanaman hortikultura atau palawija yang membutuhkan lebih sedikit air ketimbang padi. Hal itu menyusul adanya prediksi musim hujan tahun ini yang lebih pendek akibat fenomena El Nino.

Musim hujan yang pendek otomatif membuat masa tanam padi di sawah tadah hujan berkurang lantaran durasi hujan yang juga lebih singkat. Sesuai prediksi yang disampaikan peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), musim hujan kali ini hanya sampai Februari.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Prediksi durasi musim hujan pada 2024 itu lebih pendek daripada situasi normal. Musim hujan normalnya dimulai pada November dan berakhir pada Maret atau awal April. Namun, akibat fenomena El Nino, musim hujan bergeser waktunya menjadi Desember 2023.

Musim hujan yang lebih pendek berdampak pada sawah tadah hujan yang mengandalkan air hujan untuk pengairan. Sawah tadah hujan di Wonogiri terletak di daerah tandus yang jauh dari saluran air irigasi. Para petani tadah hujan menanam padi hanya saat turun hujan.

Menanggapi prediksi tersebut, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Wonogiri, Dwi Sartono, mendorong agar para petani menanam tanaman hortikultura yang bisa menjadi alternatif saat musim hujan lebih pendek.

Selain palawija, para petani bisa menanam cabai dan bawang merah. Pola tanam tersebut sudah diimplementasikan oleh sebagian petani di wilayah Selogiri.

Selama ini, lanjut Dwi, tak sedikit petani yang membiarkan lahan pertanian tidak produktif lantaran kekurangan pasokan air saat musim kemarau. Padahal, lahan pertanian itu bisa dimanfaatkan untuk menanam tanaman hortikultura demi menjaga ketahanan pangan.

“Sebagian sawah tadah hujan bisa dimanfaatkan untuk menanam tanaman hortikultura saat memasuki musim kemarau. Ini selalu kami dorong ke petani-petani lain di Wonogiri,” ujar dia saat diwawancarai Solopos.com, baru-baru ini.

Hujan Belum Merata

Seorang petani asal Jatisrono, Wibowo, mengakui berdasar pengamatannya musim hujan kali ini tak seperti tahun-tahun sebelumnya. Musim hujan tahun ini baru mulai Desember 2023, padahal biasanya awal musim hujan terjadi pada November yang menjadi tanda bagi para petani mulai menanam benih padi sawah tadah hujan.

“Jika musim penghujan lebih pendek, misalnya sampai Februari, imbasnya frekuensi masa tanam padi bakal berkurang. Biasanya, bisa dua kali masa tanam, mungkin hanya bisa sekali masa tanam padi,” kata Wibowo kepada Solopos.com, Minggu (7/1/2024).

Menurut Wibowo, meski sudah memasuki musim hujan pun saat ini curah hujan belum merata. Bahkan, kadang tidak turun hujan sama sekali dalam beberapa hari.

“Ada sebagian sawah tadah hujan yang berubah menjadi sawah irigasi di Jatisrono. Namun, tetap masih ada sawah tadah hujan terutama di lereng-lereng perbukitan,” ujar dia.

Saat musim kemarau, sebagian sawah tadah hujan ditanami tanaman palawija yang cenderung membutuhkan air lebih sedikit dibanding padi. Tanaman palawija seperti jagung menjadi tanaman ideal yang ditanam saat musim kemarau.

Diberitakan Solopos.com sebelumnya, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Eddy Hermawan, mengungkapkan musim hujan kemungkinan hanya sampai akhir Januari akibat diredam fenomena El Nino moderat yang masih berlanjut.

“Musim hujan mestinya Desember, Januari, dan Februari, sepertinya tidak sampai Februari hujannya sudah habis karena El Nino itu berawal Mei 2023 dan akan berakhir Mei 2024,” ujarnya, Jumat (5/1/2024).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya