SOLOPOS.COM - Kepala KUA Jatisrono, Aji Sunaryo, menikahkan pengantin belum lama ini di Jatisrono. Jumlah pernikahan di Jatisrono naik dua kali lipat pada Syawal dibandingkan pada bulan lain. (Isitmewa/Dokumentasi pribadi Aji Sunaryo)

Solopos.com, WONOGIRI — Waktu setelah Lebaran atau bulan Syawal dan Bulan Besar (Zuhijjah) atau Bulan Haji bisa dibilang merupakan musim nikah saking banyaknya pernikahan di Wonogiri. Jumlah pasangan yang menikah pada dua bulan tersebut meningkat dibandingkan bulan lain.

Hal itu lantaran masyarakat menilai Syawal dan Besar merupakan bulan baik untuk menyelenggarakan pernikahan. Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Jatisrono, Wonogiri, Aji Sunaryo, mengatakan jumlah pernikahan di Wonogiri umumnya naik hingga dua kali lipat pada Syawal dibandingkan bulan lain.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Masyarakat di Wonogiri masih kental dengan adat atau budaya Jawa yang mempercayai Syawal sebagai bulan baik untuk melangsungkan pernikahan.

“Di Jatisrono ini, kalau Syawal begini ada sekitar 40-50 pernikahan. Itu termasuk tinggi untuk ukuran kecamatan. Mungkin tertinggi kedua setelah [Kecamatan] Wonogiri. Tapi pada umumnya di semua wilayah [jumlah pernikahan] naik,” kata Aji saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (4/5/2023).

Menurut Aji, sebenarnya tidak ada ketentuan baik dari negara maupun agama yang menyatakan bulan tertentu baik sedangkan bulan yang lain tidak baik untuk menyelenggarakan pernikahan. Hanya, kepercayaan masyarakat terhadap adat itu sudah berlangsung lama sehingga sulit diubah.

Kendati demikian, hal tersebut tidak menyalahi aturan agama atau negara. Selama persyaratan pernikahan sudah lengkap, pernikahan itu tetap sah.

“Hanya, memang kadang ada yang keukeuh, harus di hari tertentu, atau bahkan pada jam tertentu untuk melangsungkan ijab kabul. Mereka menilai karena waktu tersebut paling baik berdasarkan perhitungan Jawa,” ujar dia.

Aji mengatakan selain Syawal, Bulan Haji atau Besar juga ramai orang menyelenggarakan pernikahan di Wonogiri. Malah, menurut Aji, pada Bulan Besar lebih banyak lagi jumlah orang yang menikah di banding bulan Syawal. “Sampai 100 pernikahan dalam sebulan [saat Bulan Besar],” ujarnya.

Meski hal itu tak melanggar aturan, Aji kerap memberikan pengertian kepada masyarakat agar tidak terlalu saklek dalam penentuan waktu pernikahan. Sebab, menurut dia, semua waktu adalah waktu yang baik. Tetapi dia tetap menghargai kepercayaan masyarakat.

Syarat Menikah Gratis

Aji menjelaskan menikah bisa dilaksanakan secara gratis atau tanpa biaya apabila prosesi ijab kabul dilaksanakan di KUA setempat dan pada jam kerja. Sedangkan apabila ijab kabul dilaksanakan di luar KUA dan di luar jam kerja, calon pengantin wajib membayar Rp600.000 yang disetorkan kepada KUA.

“Bisa saja nikah itu gratis kalau ijab kabulnya di KUA. Kalau di luar, misal di masjid atau di rumah mempelai, bayar Rp600.000 dikirim ke rekening khusus yang sudah disiapkan, bukan rekening pribadi,” jelas dia.

Adapun dokumen pendaftaran pernikahan yang mesti dibawa calon pengantin ke KUA di Wonogiri meliputi surat pengantar nikah dari desa/kelurahan, fotokopi KTP, KK, dan akta kelahiran, serta pas foto ukuran 2×3 sebanyak empat lembar. Kemudian calon pengantin mengikuti bimbingan perkawinan.

Dalam bimbingan itu, calon pengantin diberikan materi soal kekeluargaan, rencana ke depan, termasuk kesehatan reproduksi. Lama pemprosesan dokumen pendaftaran 10 hari kerja efektif. Setelah itu melangsungkan pernikahan.

“Tapi, kalau calon pengantin minta lebih pendek dari 10 hari kerja, maka nanti ada dispensasi nikah, yang disetujui kecamatan,” kata Aji.

Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam Kantor Kementerian Agama Wonogiri, Mursyidi, menyampaikan selain bekal ekonomi, mental dan spiritual bagi masing-masing calon pengantin juga harus dipersiapkan.

Dalam rumah tangga, akan selalu ada masalah yang dihadapi. Pasangan yang tidak belum siap secara mental dan spiritual, rumah tangga mereka akan mudah goyah.

“Makanya, selain ekonomi, spiritual itu yang harus diperhatikan. Itu menjadi bekal bagi calon pengantin dalam berumah tangga. Ikuti kelas atau kajian soal pernikahan itu juga perlu. Sekarang banyak, online juga bisa,” kata Mursyidi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya