SOLOPOS.COM - Sejumlah warga menyampaikan pendapat di lokasi musyawarah kota Pengurus Kota (Pengkot) Taekwondo Indonesia, Solo, di Hotel Asia Solo, Minggu (7/5/2023). (Istimewa)

Solopos.com, SOLO–Sejumlah dojang taekwondo masih mempermasalahkan Ketua Pengurus Kota (Pengkot) Taekwondo Indonesia Solo, yang terpilih. Orang tua korban kekerasan seksual masih tidak terima.

Hal itu disampaikan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka ditemui wartawan di Balai Kota Solo, Selasa (9/5/2023). Gibran telah bertemu sejumlah korban maupun orang tua korban dari seorang instruktur bela diri yang menjadi tersangka kasus dugaan pencabulan atau pelecehan seksual Donny Susanto, 44.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Saya jujur sudah bertemu empat korban beserta orang tuanya. Banyak testimoni negatif tentang Ketua Pengkot yang baru. Dan dia punya kedekatan dengan tersangka untuk urusan ini, saya kembalikan kepada Kapolresta Solo,” kata dia.

Gibran mengatakan curhatan para orang tua korban ada keterlibatan  Ketua Pengkot Taekwondo Indonesia, Solo, yang baru. Namun, untuk urusan hukum diserahkan kepada Kapolresta Solo Kombes Pol Iwan Saktiadi. Ada ssas praduga tidak bersalah.

“Saya tak mau menuduh tapi ini bukan masalah aturan, bukan masalah AD/ART [Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga]. Ini masalah hati harusnya dojang kayak SKB tempatnya Donny itu tidak beroperasi lagi. Apalagi orang-orang lama jangan terlibat lagi,” ujarnya.

Menurut dia, orang tua murid ketakutan dengan adanya kasus kekerasan seksual itu. Urusan hukum masih berjalan di Polresta Solo. Korban kekerasan seksual lebih dari tiga orang.

“Dengan korban segitu banyak enggak mungkin sendiri tersangka. Itu curhatan orang-orang tua ya,” papar dia.

Sebagai informasi, musyawarah Pengkot Taekwondo Indonesia, Solo berlangsung di Hotel Asia Solo, Minggu (7/5/2023). Musyawarah tersebut diwarnai aksi unjuk rasa sejumlah orang tua murid taekwondo yang tak puas dengan hasil musyawarah.

Pelatih senior taekwondo Soloraya Tanu Kismanto menjelaskan menghormati mekanisme musyawarah. Namun, kasus kekerasan seksual itu belum tuntas.

“Saya tekankan bukan melawan aturan terhadap Pengkot. Ayo duduk manis dulu dengan tenang mengakomodasi orang tua murid untuk pembenahan organisasi, penyegaran, penyelamatan. Kalau stabil mulai lagi,” ujar dia.

Menurut dia, sejumlah orang yang terlibat aksi menyampaikan pendapat ketika musyawarah adalah sejumlah orang tua murid. Tanu juga menyampaikan pendapat tidak sepakat dengan hasil musyawarah kota (muskot).

“Dalam arti hasil muskot bukan otot-otonan memaksakan ketua, tidak. Maksud saya harusnya dari sudut etika, harusnya ada perubahan dulu kepengurusan ini supaya mengakomodasi situasi yang ada,” ujarnya.

Dia mengatakan kepengurusan baru belum dibentuk hanya pemilihan ketua Minggu lalu. Ketua Pengkot Taekwondo Indonesia, Solo bagian dojang yang terlibat dalam dugaan kasus kekerasan seksual.

“Kami semua para pelatih yang dipikirkan soal prestasi, anak-anak yang dipikirin,” ungkap dia.

Dia mengatakan pelatih senior sempat mengusulkan mantan Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo menjadi ketua. Rudy dinilai merupakan tokoh yang bisa mengayomi dan menyatukan untuk menyelamatkan organisasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya