Soloraya
Selasa, 14 Februari 2012 - 18:10 WIB

MUTASI KEPALA SEKOLAH: 219 Kepsek Dimutasi, Isu Jual Beli Jabatan Merebak

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - PELANTIKAN -- Suasana pelantikan para kepala sekolah di pendapa kompleks Kantor Pemkab Klaten, Selasa (14/2/2012). (JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri)

PELANTIKAN -- Suasana pelantikan para kepala sekolah di pendapa kompleks Kantor Pemkab Klaten, Selasa (14/2/2012). (JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri)

KLATEN – Bupati Klaten, Sunarna melakukan mutasi besar-besaran di tingkatan kepala sekolah (Kepsek) di wilayah kerjanya. Mutasi itu melibatkan 219 kepala sekolah (Kepsek) mulai SD, SMP, SMA hingga SMK.
Advertisement

Pelantikan 219 Kepsek itu dilaksanakan di Pendapa Sekretriat Daerah (Setda) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten, Selasa (14/2/2012). Ke-219 pegawai negeri sipil (PNS) itu terdiri atas 153 kepala SD, 50 kepala SMP, dan 16 kepala SMA/SMK. Selain melantik 219 Kepsek, Sunarna juga melantik tiga pejabat eselon III, kepala TK, dan sejumlah pengawas sekolah. Pelantikan itu terbilang mendadak mengingat masing-masing Kepsek baru diberi Surat Keputusan (SK) tentang mutasi itu pada Senin malam.

Pada kesempatan itu, Sunarna mengakui bahwa proses mutasi 219 Kepsek itu diwarnai isu jual beli jabatan. Bupati mengaku pernah mendengar kabar miring tentang beredarnya calo cabatan yang meminta sejumlah uang kepada Kepsek. Dia menegaskan bahwa dirinya tidak menyuruh siapapun untuk meminta jatah uang kepada Kepsek menjelang mutasi. ”Kalau oknum itu mengaku utusan bupati, itu tidak benar. Kalau memang sudah memberi uang, tunjukkan kuitansinya. Kalau terbukti, nanti akan kami usut siapa pelakunya,” tegas Sunarna.

Lebih lanjut, bupati mewanti-wanti Kepsek yang bersangkutan menyikapi mutasi dengan sewajarnya. Menurutnya, mutasi itu dilaksanakan demi meningkatkan mutu pendidikan ke arah yang lebih baik. Dia juga meminta Kepsek yang bersangkutan tidak jumawa dengan jabatan barunya. Katanya, pejabat yang jumawa dan merasa hebat itu justru yang memiliki banyak kekurangan. Biasanya mereka sering meributkan jabatan, namun tak memikirkan bagaimana memajukan sekolah yang dipimpinnya.

Advertisement

JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif