Soloraya
Sabtu, 17 April 2021 - 15:15 WIB

Nabuh Beduk: Tradisi Syiar Ramadan di Masjid Agung Solo

Wahyu Prakoso  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petugas menabuh beduk di Masjid Agung Solo, Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo sebelum Jumatan, Jumat (16/4/2021). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO – Suara beduk yang menggema dari Masjid Agung Solo, Jumat (16/4/2021) siang seolah memanggil para jemaah untuk datang menunaikan salat Jumat. Beduk tersebut ditabuh oleh Sukimin, 74, sekitar 30 menit.

Beduk di Masjid Agung Solo itu biasa ditabuh lima kali sehari sebelum jam salat dengan durasi sekitar 15 menit. Namun menjelang ibadah salat Jumat, beduk ditabuh dengan durasi lebih lama, sekitar 30 menit.

Advertisement

Selama Ramadan, Sukimin hanya bertugas menabuh beduk menjelang zuhur, asar, dan magrib saja.Sukimin menjelaskan Takmir Masjid Agung Solo menabuh beduk tengah malam khusus selama Ramadan.

Baca juga: Sengsu: Proses Seekor Anjing Jadi Olahan Kuliner di Kota Solo

Advertisement

Baca juga: Sengsu: Proses Seekor Anjing Jadi Olahan Kuliner di Kota Solo

Sekretaris Pengurus Masjid Agung, Abdul Basid Rochmad, mengatakan Beduk Masjid ditabuh pada tengah malam oleh petugas tata usaha atau satuan keamanan selama Ramadan. Beduk ditabuh selama 15 menit sampai 30 menit.

Menurut dia, Ketua Takmir Masjid Agung Solo, M. Muhtarom mendapatkan perintah dari istri Pakubuwono XIII untuk menabuh beduk setiap pukul 24.00 WIB. Menabuh beduk sebagai syiar Ramadan merupakan tradisi Keraton Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo.

Advertisement

Baca juga: Konsumsi Daging Anjing di Soloraya Tertinggi Se-Jateng

Permintaan Keraton

Menurut dia, sebelumnya beduk masjid tidak selalu ditabuh oleh petugas selama Ramadan. Pihak Keraton Solo melihat pengurus Masjid Agung tidak menabuh beduk secara konsisten. Mereka pun kemudian meminta takmir Masjid Agung menabuh beduk setiap malam.

“Raja kan biasanya tirakatan atau ibadahnya malam ketika [takmir] Masjid Agung sudah membunyikan beduk,” paparnya.

Advertisement

Baca juga: Miniaturnya Dibangun Di Gilingan Solo, Begini Wujud Asli Masjid Agung Sheikh Zayed Abu Dhabi

Basid menjelaskan beduk di Masjid Agung Solo ini ukuran diameternya kira-kira 1,5 meter. Beduk ini konon sudah ada sejak zaman Pakubowono X yang dipakai untuk mengiringi suara adzan sebagai tanda waktu salat karena belum ada pengeras suara. Beduk terbuat dari kayu jati utuh yang dilubangi dan kulit sapi sebagai penutup lubang.

“Kulit sapi sudah beberapa kali diganti mungkin bisa 10 tahun sekali atau diganti jika dilihat tidak indah lagi. Diganti terakhir oleh keraton tiga sampai empat tahun lalu. Yang menganti merupakan donatur dari Jepang,” kata dia.

Advertisement

Menurut dia, banyak jemaah yang istirahat atau tidur di bawah beduk. Dia mengatakan, dari penjelasan jemaah yang tidur di bawah beduk, area tersebut memiliki suasana yang berbeda dibandingkan area serambi Masjid Agung Solo lainnya sehingga menjadi lokasi favorit.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif