SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk aedes aegypti. (Freepik)

Solopos.com, BOYOLALI — Sebanyak 295 warga Boyolali terkena penyakit demam berdarah dengue atau DBD sepanjang semester pertama atau Januari-Juni 2023. Jumlah itu naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebanyak 144 kasus.

Berdasarkan data yang diperoleh Solopos.com dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, dari Januari hingga Juni atau semester I 2023 terdapat 295 kasus DBD. Sedangkan pada semester I 2022 ada 144 kasus.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kepala Dinkes Boyolali, Puji Astuti, mengungkapkan penyebab naiknya angka kasus DBD karena faktor cuaca. “[Kenaikan] karena faktor cuaca, ada hujan tapi juga ada panasnya. Sehingga perkembangan nyamuknya lebih cepat,” ungkap Puji saat ditemui Solopos.com di kantornya, Rabu (4/7/2023).

Walaupun mengalami kenaikan dibanding tahun lalu, Puji menuturkan tren kasus DBD di Boyolali mengalami penurunan sejak Mei. Terbukti, pada Juni kasus DBD terendah dibanding lima bulan sebelumnya, yaitu delapan kasus.

Selengkapnya, jumlah kasus DBD pada Januari tercatat ada 83 kasus dan dua orang meninggal dunia. Kemudian, pada Februari 2023 ada 59 kasus, Maret 45 kasus dan satu meninggal dunia. Lalu pada April 40 kasus dan satu meninggal dunia, Mei 60 kasus dan satu meninggal dunia, dan Juni delapan kasus.

Sedangkan kasus DBD 2022 pada Januari ada 22 kasus, Februari 16 kasus, Maret 29 kasus, April 26 kasus, Mei 20 kasus, dan Juni 31 kasus. “Pada Juli ini, atau di pekan ke-27 pada 2023 ada satu kasus terkonfirmasi DBD,” terang Puji.

5 Orang Meninggal

Dengan demikian, jelas Puji, total jumlah kasus DBD hingga 4 Juli 2023 ada 296 kasus terdiri dari DBD sebanyak 259 kasus, lalu ada 37 kasus dengue shock syndrome (DSS).

Ada juga lima kasus meninggal dunia akibat DBD di Boyolali selama semester I 2023. Kasus tersebut tercatat dari Puskesmas Musuk, Teras, Boyolali I, Mojosongo, dan Andong.

Ia menjelaskan DBD adalah demam berdarah dengue yang penyebabnya nyamuk aedes aegypti dan dibuktikan dengan pemeriksaan Tes Anti Dengue IgM dan IgG. Sedangkan DSS adalah DBD yang sampai menimbulkan komplikasi.

Selanjutnya, Puji mengatakan kasus DBD memang tinggi di awal tahun 2023 karena kondisi cuaca hujan dan panas yang bergantian dalam waktu cepat. Ia mengatakan pergantian cuaca yang cepat tersebut membuat nyamuk lebih cepat bertelur dan menjadi nyamuk dewasa.

“Kalau misal panas terus atau hujan terus justru membuat jentik-jentik dan nyamuknya tidak berkembang. Kalau selang panas dan hujan cepat, justru nyamuk berkembang pesat karena biasanya nyamuk bertelur menempel di dinding entah kolam, vas, atau yang lain. Kalau panas terus, telurnya enggak bakal hidup, kalau kena hujan, dia akan tumbuh,” kata dia.

Puji meminta masyarakat rajin membersihkan kolam atau penampungan air dengan cara disikat agar telur ikut hilang. Selain itu, ia juga menganjurkan bagi masyarakat yang menaruh abate di penampungan air untuk disebar bukan ditaruh di dalam plastik.

Abate Gratis

Ia menyoroti masih ada masyarakat yang menaruh abate di dalam plastik atau kain. Menurut Puji, cara yang benar menaruh abate adalah langsung menaburkannya ke air.

“Sehingga nanti residu dari abate itu dapat menempel di dinding-dinding. Begitu nyamuk mau bertelur, di situ residu dari zat aktif abate menjadikan telur itu enggak sempat hidup. Air yang diberi abate aman kok,” kata dia.

Ia mengatakan abate dapat diperoleh masyarakat secara gratis di seluruh Puskesmas Boyolali selama persediaan masih ada. Namun, Puji mengatakan masyarakat juga boleh inisiatif membeli abate secara mandiri.

Selanjutnya, Puji mengimbau masyarakat Boyolali untuk tidak panik ketika mendengar berita DBD. Ia memastikan tim dari Dinkes Boyolali akan tanggap melakukan Penyelidikan Epidimiologi (PE).

“Kalau misal nanti di daerah tersebut dalan radius 100 meter ditemukan panas tanpa sebab, kami lakukan fogging fokus,” kata dia.

Fogging fokus, jelas Puji, bukanlah cara utama memerangi DBD. Ia meminta warga juga turut aktif memerangi DBD dengan cara membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), membersihkan lingkungan, terutama daerah yang rawan menjadi tempat penyebaran bibit nyamuk.

“Mari kita semua hilangkan kesempatan nyamuk untuk berkembang biak. Jadi silakan dibersihkan bagian rumput-rumput, gantungan baju, dan yang lain,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya