SOLOPOS.COM - Umat Buddha membakar kapal kertas dalam rangkaian upacara Ulambana di halaman Vihara Lotus Solo, Banjarsari, Solo, Jumat (26/8/2022) malam. Upacara Ulambana diselenggarakan pada hari terakhir bulan ketujuh penanggalan Imlek untuk menghormati dan mendoakan arwah leluhur. (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO — Puluhan umat Buddha berkumpul di Vihara Lotus, Kecamatan Banjarsari, Solo, Jumat (26/8/2022) malam. Mereka mengikuti upacara Ulambana yakni mendoakan leluhur.

Ada sekitar 500 nama yang ditempel di sekitar altar vihara tersebut. Di antara nama-nama itu ada nama hewan peliharaan yang sudah mati milik umat Vihara Lotus. Umat memasang nama-nama hewan supaya hewan mereka tidak terlahir kembali di alam yang rendah.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Ada sejumlah altar namun yang menjadi ciri khas Vihara Lotus adalah altar vegetarian yang tersedia sejumlah sesaji bagi vegetarian. Tidak ada altar umum berisi sesaji berupa daging karena Vihara Lotus merupakan aliran Mahayana.

Puluhan umat Vihara Lotus Solo memasang nama-nama leluhur mereka, leluhur yang tidak terawat, dan nama hewan peliharaan. Jumlah nama meningkat dibandingkan tahun lalu. Mereka duduk melakukan sembahyang sekitar pukul 19.00 WIB.

Biksu Duta Arya memimpin jalannya Puja Ulambana dalam rangka bulan bakti yang jatuh pada hari terakhir bulan ketujuh penanggalan Imlek itu. Ibadah berlangsung khusyuk sampai sekitar pukul 21.00 WIB.

Baca Juga: Ritual King Hoo Ping Solo, Ada Tulisan Nama Ortu Pemilik Luwes Ikut Dibakar

Selanjutnya para petugas memanggil satu per satu nama umat supaya mereka mengambil nama-nama para leluhurnya yang telah disiapkan sejak Jumat siang di altar. Sementara petugas lain menyiapkan miniatur kapal, replika koper, dan satu ogoh-ogoh di halaman Vihara Lotus Solo.

Kemudian mereka mengantarkan leluhur dengan cara meletakkan tulisan nama-nama itu di miniatur kapal. Biksu Duta Arya berdoa kemudian membakar replika kapal dan ogoh-ogoh itu sebagai puncak tradisi bulan bakti.

Bakti kepada Leluhur

“Ada kapal merupakan penyeberangan supaya para leluhur yang berada di alam tidak baik atau alam penderitaan, kami sebarangkan ke alam yang lebih  baik,” kata Duta kepada Solopos.com.

Baca Juga: Doakan Arwah Leluhur, Ini Prosesi Sembahyang King Hoo Ping Umat Konghucu Solo

Duta menjelaskan upacara Ulambana dalam tradisi Mahayana berkaitan dengan perbuatan bakti kepada leluhur yang telah meninggal dunia dengan cara melafalkan doa. Tradisi itu merupakan akulturasi budaya Buddhisme dengan Tionghoa.

Menurut tradisi, pintu akhirat terbuka dan para arwah diizinkan menjenguk keluarganya yang masih hidup pada bulan ketujuh Imlek. Umat di Vihara Lotus Solo itu berdoa, melakukan pelimpahan jasa, dan mengantar leluhur kembali dengan simbol membakar miniatur kapal di hari terakhir bulan ketujuh penanggalan Imlek.

“Secara tradisi Tionghoa percaya hal itu namun Buddhisme melihat pada sisi lainnya bagaimana bulan ketujuh menjadi kesempatan untuk melimpahkan kebaikan karena Biksu atau anggota Sangha melakukan kebajikan dengan melafalkan doa,” tuturnya.

Baca Juga: Uniknya Jl Drs Yap Tjwan Bing, Satu-satunya Jalan dengan Nama Tionghoa di Solo

Umat juga diberikan kesempatan memberikan dana, persembahan, materi, dan waktu. Lalu kebajikannya dilimpahkan kepada para leluhur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya