SOLOPOS.COM - Rombongan Ekspedisi Sukowati bersama warga berfoto bersama di Situs Dadung Awuk wilayah Desa Jambangan, Kecamatan Mondokan, Sragen, Jumat (19/5/2023) lalu. (Istimewa/Ekspedisi Sukowati)

Solopos.com, SRAGEN — Tim Ekspedisi Sukowati Sragen melakukan perjalanan napak tilas di sembilan desa yang terletak di wilayah Kecamatan Mondokan, Sragen, Jumat (19/5/2023).

Napak tilas tersebut dilakukan di sejumlah situs bersejarah sebagai peringatan Hari Jadi ke-277 Kabupaten Sragen. Dari hasil perjalanan tersebut, Tim Ekspedisi Sukowati merekomendasikan ada sembilan objek yang bisa dikembangkan desa sebagai destinasi wisata baru.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Koordinator Tim Ekspedisi Sukowati Sragen, Lilik Mardiyanto, kepada Solopos, Senin (22/5/2023), mengungkapkan perjalanan napak tilas sembilan desa itu dimulai dari Desa Pare pada pukul 15.15 WIB dengan tujuan pertama ke situs Gunung Wijil.

Perjalanan tim dipandu warga setempat, Priyanto, 40, dan ditemani Kades Pare, Samdani. Tim berusaha masuk ke lokasi Gunung Wijil di tengah embung dengan kedalaman dua meter. Tim yang terdiri tujuh orang itu masuk ke Gunung Wijil melalui jembatan sesek.

“Di Gunung Wijil itu ditemukan ada batuan bermotif di bawah pohon serut tua yang akarnya sebesar pergelangan tangan orang dewasa. Lokasi batu itu di pinggir Gunung Wijil. Lokasi itu disebut situs Mbah Jenggot,” kata Lilik.

Setelah dari Pare, tim bergeser ke Punden Pucang Anom yang terletak di Desa Gemantar. Camat Mondokan, Agus Endarto, turut bergabung dalam tim napak tilas itu.

Di Pucang Anom itu, tim menemukan lahan seluas 500 meter persegi yang tidak ditumbuhi rerumputan sedikit pun.

“Di setiap lokasi yang kami kunjungi selalu diberi tanda, yakni ditancapkan tiang bendera Merah Putih,” katanya.

Dia mengatakan lokasi ketiga berada di Punden Sentono Dukuh Karaban, Desa Sumberejo, Mondokan. Dia menerangkan lokasi ini berbentuk tanah melingkar dengan bangun kotak di tengahnya.

Di lokasi itu terdapat sendang dan watu lumpang serta bekas masjid yang roboh. Sendang itu berada di bawah pohon klampok yang airnya tak pernah mengering sepanjang tahun.

“Dinamakan Karaban karena dulu ada orang yang wajahnya kearab-araban. Kalau tidak salah pada masa Perang Mangkubumen. Perjalanan istirahat di Kecamatan Mondokan pada pukul 17.30 WIB,” katanya.

Lilik mengatakan perjalanan dilanjutkan pada pukul 20.15 WIB dengan tujuan keempat di Desa Jambangan, yakni ada situs Dadung Awuk. Nama Dadung Awuk cukup dekat dengan tokoh sejarah yang bernama Joko Tingkir.

“Di lokasi ini banyak warga yang menyambut dengan penerangan yang sudah disiapkan. Warga berharap ada perkembangan untuk situs itu agar berdampak pada peningkatan ekonomi warga. Di Situs Dadung Awuk ada pohon klumpit dengan akar menjalar panjang yang dapat digunakan untuk tali hewan,” katanya.

Setelah dari Jambangan, tim menuju ke Desa Kedawung, tepatnya di petilasan Ketidrono. Lilik mengatakan lokasi ini sangat strategis karena berada di sisi lapangan yang luas sebagai area parkir bagi peziarah. Dari Kedawung berlanjut ke Desa Trombol.

“Kami di Trombol diantar warga ke tiga sendang yang saling berdekatan. Setelah berdoa dan berbincang dengan warga, tim menuju ke Sendang Rungkap di Desa Tempelrejo. Meski malam hari, banyak warga yang berdatangan untuk menanyakan keperluan tim Ekspedisi Sukowati. Setelah dijelaskan maka semakin banyak warga yang berdatangan,” katanya.

Lilik menjelaskan warga berharap lokasi itu bisa dimanfaatkan sebagai ojek wisata karena banyak pohon klampok dan jambu alas yang besar-besar. Harapan warga ditangkap Camat Mondokan dan berpesan supaya sumber air itu dipelihara untuk menyongsong musim kemarau.

Setelah dari Tempelrejo, tim bergerak ke Punden Sono di Desa Sono yang menyimpan cerita Nyi Ageng Serang. Di tempat itu, kata Lilik, konon diceritakan ada masjid yang digunakan untuk ibadah dan mengatur strategi perang.

Di dekat punden itu juga ada sendang yang tidak pernah kering yang di dalamnya ada telapak bekas kaki kuda sembrani.

“Punden Mbah Wadat di Desa Jekani menjadi lokasi terakhir dalam napak tilas. Di tempat itu tepat pukul 24.00 WIB. Setelah berdiskusi dan menancapkan bendera, tim kemudian kembali ke kecamatan. Penancapan bendera menunjukkan Mondokan kaya sumber budaya dan banyak cerita tutur. Temukan, kenali, kembangkan, dan manfaatkan, itu yang menjadi misi tim dalam napak tilas sembilan desa,” ujarnya.

Lilik mengungkapkan dari analisis spritual, sosial, ekonomi, dan melihat kondisi geografis, fungsi, dan lokasinya maka Tim Ekspedisi Sukowati merekomendasikan ada sembulan objek yang bisa dikembangkan untuk mendongkrak pendapatan asli desa.

Berikut sembilan Situs yang dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata baru

1. Desa Jambangan dengan Situs Dadung Awuk.

2. Desa Pare dengan Situs Gunung Wijil.

3. Desa Gemantar dengan Situs Pucang Anom.



4. Desa Sumberejo dengan Situs Sentono.

5. Desa Kedawung dengan Situs Petilasan Ketidrono.

6. Desa Tempelrejo dengan Situs Sendang Rungkap.

7. Desa Jekani dengan Situs Punthuk Watu Panggung.

8. Desa Trombol dengan Situs Sendang Ngunut.

9. Desa Sono dengan Situs Punden Sono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya