Soloraya
Rabu, 5 Januari 2022 - 10:02 WIB

Nasi Belut Jadi Favorit Angkringan Penyandang Disabilitas Klaten

Ponco Suseno  /  Haryono Wahyudiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sumarno Joko Mulyono alias Joko, seorang penyandang disabilitas membuka angkringan di Desa Sekaran, Kecamatan Wonosari, Klaten, Selasa (4/1/2022). (Solopos.com/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN—Menu nasi belut menjadi favorit di angkringan Sumarno Joko Mulyono alias Joko, 24, seorang penyandang disabilitas asal Jerukan RT 001/RW 003, Desa Sekaran, Kecamatan Wonosari, Klaten.

Selain nasi belut, seperti angkringan lainnya Joko juga menyediakan nasi teri, nasi bandeng, dan nasi telur. Aneka minuman dan makanan dijual relatif murah, rata-rata senilai Rp2.000-Rp3.000 per porsi. Di angkringan ini juga tersedia beberapa gorengan, seperti tahu, tempe, tape, baceman, dan lainnya.

Advertisement

Salah seorang pelanggan angkringan Yogi, 24, mengaku sering jajan ke angkringan Joko di Desa Sekaran, Kecamatan Wonosari. “Makanan paling enak di sini adalah nasi belut. Rasanya enak dan harganya terjangkau,” katanya, Selasa (4/1/2022).

Baca Juga: Budidaya Koro Pedang Digalakkan di Wonogiri, Ini Manfaatnya

Advertisement

Baca Juga: Budidaya Koro Pedang Digalakkan di Wonogiri, Ini Manfaatnya

Angkringan milik Joko tak jauh dari palang rel Kereta Api (KA) Wonosari, Klaten (di sebelah timur palang rel KA Wonosari). Angkringan tersebut buka pukul 07.00 WIB-17.00 WIB.

Joko meraih omzet Rp200.000-Rp300.000 dari usaha angkringan. Bermodalkan Rp5 juta, angkringan di pinggir Jl. Pakis-Teloyo, tepatnya di Sekaran, Kecamatan Wonosari, Klaten, ramai pembeli.

Advertisement

Baca Juga: ULD-PB BPBD Klaten Punya Modul Khusus bagi Penyandang Disabilitas Netra

Selama membuka angkringan di pinggir Jl. Pakis-Teloyo, Joko sudah mulai memperoleh pemasukan secara stabil setiap bulan. Sejak setengah tahun terakhir, Joko sudah membeli sepeda motor Honda Beat secara kredit.

“Sebelum punya sepeda motor, saya jalan kaki dari rumah ke angkringan [berjarak 500 meter]. Saya memang butuh sepeda motor untuk mendukung operasional. Sepeda motor ini saya modifikasi di bengkel Sukoharjo,” katanya.

Advertisement

Meski sebagai seorang penyandang disabilitas dan lulusan SD, Joko hanya ingin membuktikan semua makhluk sama di depan Tuhan Yang Maha Esa.

Baca Juga: Miliki Depo, Pemkab Klaten Kini Kelola Limbah Medis Puskesmas & Klinik

“Orang tua saya itu yang satu kerja di pabrik, satunya sebagai buruh bangunan. Saya tiga bersaudara. Saya anak nomor dua dan satu-satunya yang menyandang disabilitas. Tapi, saya tak ingin ngrepotin orang tua. Sebagian hasil yang saya peroleh dari angkringan ini saya berikan ke orang tua,” katanya.

Advertisement

Joko hanya seorang diri selama membuka angkringan. Lantaran sendirian, Joko pun sempat kerepotan saat melayani pembeli di awal-awal membuka angkringan.

Kerepotan yang sampai sekarang masih sering dirasakan Joko saat menemui pelanggan yang memesan minuman dengan cara dibungkus ke dalam plastik. Lantaran kedua tangannya tak sempurna, Joko masih kesulitan membungkus minuman seorang diri.

Baca Juga: Sering Macet, Jalur Wisata Wunut-Janti Klaten Diusulkan Diperlebar

“Kalau ada yang pesan es teh dibungkus plastik itu saya enggak bisa nali. Seringnya, pelanggan itu sendiri yang tak minta naleni. Jika ada teman, biasanya saya minta tolong ke teman agar membantu naleni,” katanya.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif