Soloraya
Rabu, 9 September 2020 - 10:16 WIB

Nasib Penyelenggara Hajatan di Klaten: Jualan Online, Siomai, dan Saling Beli Dagangan

Taufiq Sidik Prakoso  /  Tika Sekar Arum  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Silaturahmi Wedding Klaten menggelar sosialisasi dan simulasi resepsi pernikahan sesuai protokol kesehatan pencegahan Covid-19 di Gedung Wongso Menggolo, Desa Mlese, Kecamatan Ceper, Klaten, Selasa (8/9/2020). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN -- Meski Pemkab Klaten telah mengizinkan hajatan digelar, tidak serta-merta membuat bisnis para penyelenggara hajatan pulih.

Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak pertengahan Maret memukul telak usaha mereka. Bahkan, demi tetap memenuhi kebutuhan hidup sejumlah pengusaha banting setir.

Advertisement

Ada yang membuka jasa laundry, berjualan online, jual siomai, dan bahkan menguras tabungan. Untung saja para penyelenggara hajatan di Klaten kompak.

Pasangan Emas Olimpiade Bicara di Diskusi Haornas Solopos

Advertisement

Pasangan Emas Olimpiade Bicara di Diskusi Haornas Solopos

Agar masing-masing bisa menyambung hidup, mereka saling membeli dagangan rekan penyedia jasa penyelenggara hajatan di Klaten.

“Kami sering berkomunikasi. Ada yang menyampaikan akhirnya beralih ke jualan online, ada juga yang jualan siomai. Akhirnya kami saling membeli usaha yang dijalankan. Mudah-mudahan setelah ini [keluar izin penyelenggaraan hajatan], kami bisa bekerja dengan menyesuaikan adaptasi kebiasaan baru,” kata Ketua Umum Silaturahmi Wedding Klaten, Hardiyanto, di Klaten, Selsa (8/9/2020).

Advertisement

10 Berita Terpopuler : PKS Buka-Bukaan Soal Rekomendasi Pilkada Sragen

Mengandalkan Tabungan

Salah satu pengusaha katering dan persewaan perkakas, Tarno, 65, mengatakan usaha di bidang pengelenggara hajatan lumpuh total mulai April lalu. Selama ini, Tarno menjalankan usahanya dibantu tujuh karyawan tetap.

Meski tak menentu, Tarno mengaku sebelum ada pandemi Covid-19 bisa menerima empat order persewaan perkakas dan katering dalam rentang dua pekan.

Advertisement

“Omzet tidak pasti. Kalau di rata-rata mungkin Rp25 juta sampai Rp50 juta per bulan,” kata pengusaha asal Kecamatan Jatinom itu saat ditemui Solopos.com di Gedung Wongso Menggolo, Selasa.

Solopos Hari Ini: Peringatan untuk Indonesia

Tarno memilih tak banting setir menjalankan usaha lain. Dia mengandalkan duit tabungan untuk memenuhi kebutuhan selama berbulan-bulan sepi order.

Advertisement

Pengusaha jasa rias pengantin, Titik, 46, juga mengaku usahanya di bidang penyelenggara hajatan di Klaten lumpuh total sejak ada pandemi Covid-19. Sebelumnya, pengusaha rias asal Kecamatan Ceper itu bisa menerima setidaknya tiga order rias pengantin per bulan.

“Baru pada September itu ada satu order. Iya, sejak ada pandemi itu sampai saat ini baru satu order,” kata Titik.

Paling Mahal Rp300 Jutaan, Ini Harga Setiap Varian Toyota New Yaris

Titik mengaku untuk memenuhi kebutuhan hidup mengandalkan usaha jasa laundry yang sudah dia rintis beberapa bulan sebelum ada pandemi.

Namun, pendapatan yang dia peroleh tak seperti yang dibayangkan lantaran warga juga cenderung memilih tak menggunakan jasa laundry ketika memasuki pandemi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif