Soloraya
Rabu, 26 Juli 2023 - 20:34 WIB

Nikmatnya Sega Berkat Terbungkus Daun Jati, Kuliner Khas Hajatan di Wonogiri

Muhammad Diky Praditia  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sega berkat terbungkus daun jati di warung makan Suparno di Kelurahan Giripurwo, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Rabu (26/7/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Salah satu makanan khas Wonogiri yang kalah terkenal dan karenanya wajib dicoba oleh para pencinta kuliner tradisional adalah sega berkat. Seperti namanya, makanan ini disebut lahir dari produk budaya Wonogiri berupa bancakan atau selamatan untuk mendapatkan berkat.

Dulu, sega berkat biasa hanya bisa disantap ketika ada selamatan atau hajatan. Orang yang mempunyai hajat atau tuan rumah selamatan biasa menghidangkan sega berkat ini ketika selesai selamatan.

Advertisement

Tetapi kini, makanan ini tak hanya ada di tempat hajatan, melainkan bisa dijumpai di warung-warung makan atau angkringan di Kota Sukses. Kuliner khas hajatan itu bisa disantap setiap hari, tanpa perlu menunggu ada hajatan. 

Meski tak berada di tempat hajatan, sega berkat yang dijual di warung-warung makan itu tetap dikemas persis seperti saat diperoleh dari acara bancakan. Tidak heran, warga Wonogiri juga biasa menyebut kuliner ini sebagai sega bancakan. 

Advertisement

Meski tak berada di tempat hajatan, sega berkat yang dijual di warung-warung makan itu tetap dikemas persis seperti saat diperoleh dari acara bancakan. Tidak heran, warga Wonogiri juga biasa menyebut kuliner ini sebagai sega bancakan. 

Sega berkat yang biasa dijual di warung makan dan angkringan Wonogiri itu dikemas menggunakan daun jati yang bagian dalamnya dilapisi daun pohon pisang. Perpaduan wangi daun jati dan daun pisang itu seakan menambah nafsu makan bagi penikmatnya.

Sega berkat kini biasa ditemui di warung-warung makan yang tersebar di seluruh penjuru Kota Sukses. Orang-orang menyebut semakin jauh dari perkotaan, sega berkat semakin mudah ditemui. Walau begitu, tidak berarti di Wonogiri kota tak ada menjualnya.

Advertisement

Tidak butuh waktu lama bagi Suparno mendatangkan puluhan hingga ratusan pelanggan tetap dengan menu andalan itu. “Sega berkat ini peminatnya banyak di sini. Dari awal, menu utama yang saya jual ya ini, sega berkat,” kata Suparno saat berbincang dengan Solopos.com di sela-sela kesibukannya melayani pelanggan di warungnya, Rabu (26/7/2023).

Salah satu warga Wonogiri, Adib, 30, menikmati sega berkat di warung makan Suparno di Kelurahan Giripurwo, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Rabu (26/7/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Dia menjelaskan selain kemasan yang menggunakan dedaunan, hal lain yang menjadi ciri khas sega berkat yaitu lauk-pauknya. Dia memerinci lauk-pauk yang melengkapi sega bancakan itu antara lain oseng tempe, gudangan, bihun, dan tahu bacem. Tauge dan telur ayam juga tidak boleh ketinggalan. 

“Yang tidak kalah penting, harus ada sambal cabuk. Sambal cabuk ini walau warnanya hitam pekat, tapi rasanya nendang. Beda dari sambal-sambal lain. Bahannya dari wijen,” lanjutnya.

Advertisement

Sebungkus nasi berkat ia hargai Rp5.000/bungkus. Menurut dia, saat awal-awal jualan atau dua-tiga tahun pertama, ia bisa menjual hingga seratusan lebih bungkus sega berkat dalam waktu setengah hari di Wonogiri.

Tetapi akhir-akhir ini ia hanya menjual sekitar 50 bungkus sega berkat. Suparno menjelaskan hal itu karena sebagian pelanggan memilih menggunakan piring ketika pesan makanan di warungnya.

Rendah Lemak dan Kolesterol

Meski lauk-pauk yang disantap sama saja, “tetapi kalau dimakan tanpa dibungkus daun jati, saya enggak bisa nyebut itu sega berkat,” ucap dia.

Advertisement

Menurut dia, sega berkat semakin nikmat disantap ketika pagi atau malam hari. Lebih nikmat lagi ditambah gorengan dan didampingi teh hangat sebagai minumannya. 

“Sega berkat ini biasanya menjadi pilihan pelanggan-pelanggan saya yang umurnya 40 tahun ke atas. Soalnya, ini rendah lemak, rendah kolesterol. Cocok untuk orang tua,” imbuh Suparno.

Salah satu penikmat sega berkat, Adib, mengutarakan setiap kali menyantap sega berkat di Wonogiri, tidak hanya lidah saja yang dimanjakan, melainkan juga ingatan. Sega berkat mengingatkan dia kepada rumah dan suasana desanya di kecamatan paling timur di Wonogiri yang langsung berbatasan dengan Pacitan, Jawa Timur, yaitu Tirtomoyo. 

“Di sana banyak yang jual sega berkat. Kalau selamatan, juga masih ada sega bancakan, persis seperti yang dijual di warung-warung. Di sini [Wonogiri kota], sebenarnya agak jarang yang jual sega berkat,” kata dia.

Adib menyampaikan sega berkat memiliki rasa gurih. Ia lebih suka menikmati sega berkat ketika nasi masih hangat. “Bau harum nasi yang bercampur dengan daun jati lebih terasa nikmat ketika nasinya masih hangat,” ucap konten kreator di salah satu perusahaan di Wonogiri itu. 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif