Soloraya
Jumat, 4 Juni 2021 - 16:09 WIB

Nol Pemasukan, Pengusaha Biro Haji & Umrah di Sukoharjo Banting Setir Jualan Sembako hingga Sapi

R Bony Eko Wicaksono  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi praktik manasik haji. (Solopos/dok)

Solopos.com, SUKOHARJO – Sebagian pelaku usaha perjalanan umrah dan haji di Sukoharjo terpaksa beralih usaha akibat minimnya pemasukan  selama masa pandemi Covid-19. Biro umrah dan haji tidak mendapatkan pemasukan sama sekali selama dua musim.

Hingga kini, pemerintah Arab Saudi belum membuka layanan umrah untuk para jemaah asal Indonesia sejak munculnya pandemi Covid-19 pada Maret 2020. Otomatis pelaku usaha perjalanan umrah dan haji tidak mendapatkan pemasukan selama 1,5 tahun.

Advertisement

Padahal, mereka harus mengeluarkan biaya operasional setiap bulan seperti gaji karyawan, membayar tagihan listrik dan air, sewa kantor dan sebagainya. Kondisi ini membuat pelaku usaha perjalanan umrah dan haji di Sukoharjo merugi lantaran arus kas menjadi minus.

Baca juga: 4 Negara dengan Suporter Terseksi di Piala Eropa

Advertisement

Baca juga: 4 Negara dengan Suporter Terseksi di Piala Eropa

Demi mempertahankan kelangsungan hidup, sejumlah pelaku perjalanan umrah dan haji beralih usaha saat masa pandemi Covid-19.

“Saya membuka toko sembako yang menyediakan berbagai kebutuhan pokok sehari-hari. Nol pemasukan selama masa pandemi Covid-19 karena tidak ada jemaah yang menunaikan ibadah umrah,” kata  Direktur Utama (Dirut) Zam Zam Tour dan Travel Sukoharjo, Muhammad Tri Wibowo, saat ditemui Solopos.com  di kantornya, Jumat (4/6/2021).

Advertisement

Pria yang akrab disapa Mamat ini menyampaikan sebagian besar karyawan yang biasanya mengurusi kelengkapan adminitrasi dan keuangan serta fasilitas ibadah umrah kini bertugas melayani pembeli di toko sembako. Hal ini dilakukan agar para karyawan tetap mendapatkan penghasilan setiap bulan.

“Beruntung toko sembako yang saya buka selalu ramai pembeli setiap hari. Paling tidak bisa untuk membayar gaji karyawan,” ujar dia.

Baca juga: Kontroversi Pembatalan Haji Indonesia, Mulai dari Misinformasi Hingga Kurang Usaha

Advertisement

Para calon jemaah umrah sebelum munculnya pandemi Covid-19  berjumlah ratusan orang. Ada beberapa jemaah yang mengambil uang pelunasan ibadah umrah. Namun, mayoritas jemaah tidak mengambil uang pelunasan ibadah umrah. Mereka masih menunggu pembukaan layanan umrah agar bisa segera berangkat ke Tanah Suci.

Mamat berharap pemerintah segera berkomunikasi dengan pemerintah Arab Saudi sebagai otoritas penyelenggara ibadah haji dan umrah.

“Jika pun jemaah berangkat ke Tanah Suci harus menjalankan protokol kesehatan yang sangat ketat. Implikasinya, biaya ibadah umrah jauh lebih mahal karena berbagai pembatasan seperti kapasitas bus dan hotel,” papar dia.

Advertisement

Baca juga: Benarkah Es Teler Awalnya Berasal dari Sukoharjo?

Kepala Seksi (Kasi) Haji Kemenag Sukoharjo, Sukamdi, mengatakan pemerintah Arab Saudi sempat membuka kembali akses masuk untuk jemaah umrah dari negara lain pada awal 2021. Tak berselang lama, pemerintah Arab Saudi mengeluarkan larangan masuk untuk sejumlah negara termasuk Indonesia.

Dia menyampaikan pembatalan pemberangkatan haji merupakan wewenang pemerintah pusat. Sukamdi hanya melaksanakan instruksi dari pemerintah pusat dengan menyosialisasikan kebijakan itu kepada para calon jemaah haji.

“Daftar tunggu haji untuk warga Sukoharjo kian panjang menjadi 30 tahun,” kata dia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif