SOLOPOS.COM - DAM KALIAPU -- Warga melintasi jembatan bambu yang menghubungkan Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Boyolali dengan Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Magelang karena jembatan penghubung rusak berat pasca erupsi Merapi di Dam Kaliapu, Sabtu (28/5/2012). (Dwi Prasetya/JIBI/SOLOPOS)

DAM KALIAPU -- Warga melintasi jembatan bambu yang menghubungkan Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Boyolali dengan Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Magelang karena jembatan penghubung rusak berat pasca erupsi Merapi di Dam Kaliapu, Sabtu (28/5/2011). (Dwi Prasetya/JIBI/SOLOPOS)

BOYOLALI–Dua sungai di lereng Merapi mulai dinormalisasi. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya penumpukan material terutama yang berada di kawasan hulu sungai di Merapi. Kedua sungai tersebut adalah Kali Pabelan dan Kali Apu yang arusnya bertemu di dam Klampahan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Normalisasi di dua sungai yang berhulu di Merapi ini menggunakan alat berat untuk mengeruk pasir dan batu. Pada tahap awal pengerukan diprioritaskan di kedua sisi dam Klampahan atau cekdam Kedungkayang yang menghubungkan Desa Tlogolele di Kecamatan Selo, Boyolali dengan Sawangan (Magelang).

“Tahap normalisasi awal baru saja dimulai. Hal ini dikhususkan untuk mengeruk pasir dan batu yang berada di aliran air Kali Pabelan. Pengerukan pasir dan batu ini supaya air  bisa mengalir melalui lubang- lubang  yang telah ada,” ujar Camat Selo, Subiso saat ditemui wartawan di Pemkab Boyolali, Kamis (19/4/2012).

Subiso menerangkan normalisasi dilakukan untuk mengantisipasi adanya penumpukan material Merapi di hulu. Terlebih hujan juga kerap terjadi sehingga nantinya aliran air bisa normal dan tidak menutupi permukaan dam.

Diakui, upaya normalisasi sungai ini menemui kendala berat. Sebab, material batu berukuran besar hampir memenuhi aliran sungai. Hal ini membuat para pekerja harus bekerja ekstra keras untuk menyingkirkannya dari aliran sungai.

“Tak hanya dua sungai ini saja yang kita upayakan untuk dinormalisasi. Akan tetapi, aliran sungai Kali Apu yang cekdamnya jebol saat erupsi Merapi lalu juga akan kita upayakan,” tambahnya.

Dijelaskan, pihaknya juga telah mendapatkan kepastian terkait rencana pembangunan cekdam Kali Apu ini. Cekdam ini sebelum jebol menghubungkan antara Desa Tlogolele dengan Desa Klakah. Setelah ambrol, warga Selo yang akan dan ke Tlogolele ke Selo harus memutar melalui Sawangan, Magelang yang berjarak sekitar 11 kilometer.

Disebutkan, cekdam Kali Apu merupakan akses vital bagi warga setempat. Keberadaan cekdam ini antara lain untuk mengantisipasi terjadinya banjir lahar dingin. Aliran sungai di Selo yang berhulu di Merapi letaknya jauh dari pemukiman penduduk. Meskipun demikian, adanya banjir lahar dingin saat erupsi Merapi mengancam akses jalan dan jembatan dari desa ke desa maupun dukuh ke dukuh.

“Aliran Kali Apu dan Juweh bertemu menjadi Klai Pabelan. Berbagai peristiwa ini perlu kita antisipasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan normalisasi ataupun langkah lain untuk membantu warga,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya