SOLOPOS.COM - NORMALISASI—Seorang bocah sedang menyaksikan pengerukan endapan Kali Pepe menggunakan alat berat, Kamis (19/4) siang. Pengerukan endapan untuk mengembalikan fungsi sungai.(Espos/Kurniawan)

NORMALISASI—Seorang bocah sedang menyaksikan pengerukan endapan Kali Pepe menggunakan alat berat, Kamis (19/4) siang. Pengerukan endapan untuk mengembalikan fungsi sungai.(Espos/Kurniawan)

Sungadi, 79, duduk termangu di kursi taman pinggir Kali Pepe, Kamis (19/4/2012). Mata tuanya seksama mengamati satu unit alat berat yang sedari pagi bergerak mengeruk waled.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Sesekali pandangannya menyapu daerah kali yang dipenuhi endapan dan sampah. Warna airnya yang hitam pekat dan sarat polutan membuat sosok yang sangat mengenal Kali Pepe itu prihatin. Sebab kondisi berbeda 180 derajat terjadi semasa Sungadi masih kanak-kanak, sekitar tahun 1930-an silam.

Ketika itu Sungadi masih bocah. Namun otaknya cukup mampu untuk sekadar mengingat bersih dan jernihnya air Kali Pepe. Aktivitas warga sepanjang daerah aliran sungai (DAS) mengumpulkan pasir halus kali menjadi pemandangan tersendiri. Bahkan ketika itu lebar Kali hampir dua kali lipat dari lebar saat ini.

Kondisi itu perlahan memudar seiring berdiri dan menjamurnya pabrik industri. Keberadaan Terminal Tirtonadi sekitar tahun 1975 dituding turut andil dalam rusaknya ekosistem Kali Pepe. “Semasa saya kecil, kali bersih tidak ada sampah. Oranhg-orang pada cari pasir untuk dijual. Saya masih ingat betul, ketika itu saya sering mandi di kali ini,” kenal Sungadi saat ditemui Solopos.com.

Namun sejak 35 tahun terakhir kondisi Kali Pepe sangat memprihatinkan. Endapan yang terus menumpuk selama puluhan tahun dibiarkan begitu saja sehingga mencapai ketebalan lebih dari satu meter. Aneka jenis sampah dan limbah rumah tangga bebas dibuang di kali yang bermuara di Sungai Bengawan Solo itu. “Harapan saya setidaknya ada upaya untuk menjaga kelangsungan kali ini dari semua pihak,” harap dia.

Penuturan senada disampaikan Sutopo, 60, warga RT 004/RW 001 Gondang, Manahan. Dia berharap pengerukan Kali Pepe oleh Pemkot Solo dua hari terakhir berlanjut dengan sederet program untuk menormalisasi sungai. Yang terpenting Kali bisa kembali menjadi salah satu sumber kehidupan, bukan sebaliknya. Sebab selama ini Kali Pepe menebar ancaman penyakit utamanya bagi anak-anak saat kemarau. Lebih jauh lagi Danramil Banjarsari, Kapt Inf Soekamdi mewacanakan pengembangan Kali Pepe untuk wisata air.

Dia mencontohkan wisata serupa menggunakan perahu di Italia dan Singapura. Menurut dia hal itu bukan sebatas mimpi bila disengkuyung bersama seluruh pemangku kepentingan mulai dari Pemkot Solo, DPRD, cendekiawan dan masyarakat. “Dalam kegiatan bersih-bersih Kali Pepe ini 500-an personel Korem juga telah dikerahkan beberapa kali sejak tiga pekan lalu. Saya kira daripada kumuh seperti ini, bukan mimpi kiranya bila Kali Pepe dikembangkan untuk wisata air,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya