SOLOPOS.COM - Wisatawan tengah menikmati panorama city light Wonogiri sisi utara di objek wisata Gunung Gandul Hill Top Wonogiri, Selasa (10/1/2023). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia) 

Solopos.com Stories

Solopos.com, WONOGIRI – Kawasan Gunung Gandul yang berada di ketinggian hutan milik Perum Perhutani, Kelurahan Giriwono, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, sudah sejak lama terkenal sebagai tempat wisata legendaris bagi warga Wonogiri.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Bahkan sebelum Waduk Gajah Mungkur (WGM) yang diresmikan pada 1981, Gunung Gandul sudah menjadi ikon sekaligus wisata favorit di tengah kota Wonogiri. Pesona Gunung Gandul sempat redup dan digantikan objek wisata WGM yang menjadi ikon baru wisata di Kota Sukses.

Namun aktivitas wisata Gunung Gandul belakangan mulai bangkit lagi. Wisata di kawasan ini menawarkan pemandangan indah dari puncak gunung ke kawasan kota. Melalui puncak gunung itu, pengunjung bisa menikmati panorama indah ke seluruh penjuru mata angin.

Bentang alam Wonogiri berupa perkotaan, bukit, hutan, dan waduk bisa dinikmati dari tempat yang tak jauh dari pusat kota Wonogiri ini kala siang. Sementara saat malam, city light Wonogiri menambah romantis dan memanjakan mata pengunjung.

Berada di ketinggian sekitar 600 meter di atas permukaan laut (mdpl), objek wisata Gunung Gandul bisa ditempuh hanya dalam waktu 15 menit dari pusat kota Wonogiri. Ada dua jalur yang bisa ditempuh untuk sampai di tempat ini.

Pertama melalui jalan pemukiman Kelurahan Giripurwo dekat Stasiun Wonogiri atau melalui jalan pemukiman Kelurahan Giriwono belakang RSUD Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Kedua jalur itu dapat dilalui kendaraan roda dua dan roda empat. Jalan menuju objek wisata ini pun sudah beraspal. 

wisata gunung gandul wonogiri
Penjaga warung duduk di depan warung di Gunung Gandul, Kelurahan Giriwono, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Senin (20/2/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Salah satu warga Wonogiri, Bawarti, 68, saat berbincang dengan Solopos.com di kawasan Giripurwo, Senin (20/3/2023), menceritakan dulu Gunung Gandul menjadi tempat piknik andalan warga sebelum ada WGM. Para pelajar juga kerap mengunjungi wisata tengah kota itu. 

“Dulu gratis. Ada jalan setapak dari belakang Stasiun Wonogiri, naik. Dulu ramai pengunjung, di atas juga ada pedagangnya,” kata Bawarti. Bawarti bahkan sempat beberapa kali menggelar arisan keluarga di sana.

Pengunjung sampai Antre

Anak-anaknya pun turut diajak wisata ke Gunung Gandul Wonogiri. Jalan menuju tempat tersebut dulu berada persis belakang di Stasiun Wonogiri. Sekarang jalur itu sudah tertutup rumput dan pepohonan.

Orang-orang saat itu menjadikan Gunung Gandul sebagai tempat wisata andalan lantaran tidak panas, dekat, dan murah. Saat akhir pekan, liburan, dan Lebaran, tempat wisata itu bahkan sampai penuh. Pengunjung sampai antre ketika mendaki ke puncak. 

“Suka buat piknik, kemah juga di sana itu. Terus dulu banyak orang dagang di atas sana. Jadi enggak perlu khawatir kelaparan atau haus. Pokoknya dulu itu ramai banget di sana,” ujar dia.

Menurut Bawarti, pamor Gunung Gandul sebagai ikon wisata Wonogiri mulai redup sejak ada WGM Wonogiri. Warga menjadi beralih berwisata di waduk. Gunung Gandul pun semakin ditinggalkan dan penuh rumput tak terawat. 

Upaya meramaikan kembali Gunung Gandul sempat dilakukan dengan cara mengadakan pasar tradisional tiap Minggu pagi. Di pasar itu hanya jajanan zaman dulu (zadul) atau lawas yang diperjualbelikan. Kegiatan itu baru berjalan sekitar dua bulan sebelum akhirnya terhenti akibat pandemi Covid-19.

wisata gunung gandul wonogiri
Pintu masuk objek wisata Gunung Gandul Hill Top, Wonogiri, Senin (20/3/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Pantauan Solopos.com di kawasan Gunung Gandul, Senin, beberapa kayu atau bambu bekas pasar itu masih ditemui di area sebelum pintu masuk wisata. Sementara itu, jalan menuju puncak Gunung Gandul sudah banyak yang rusak dan berlubang. Lebar jalan menuju puncak sekitar tiga meter.

Beberapa spot wisata di Gunung Gandul Wonogiri terdapat gazebo. Saat malam gazebo itu diterangi lampu kuning keemasan. Di tengah-tengah hutan itu, masih ada warung tersisa yang menjual berbagai minuman dan jajan. 

Jalan Salib

Di sekitar warung itu, beberapa pagupon yang terpasang di pohon-pohon. Burung-burung dara yang menempati pagupon terbang di sekitar warung dan sesekali berkeliaran di hutan.

Pemilik warung di Gunung Gandul, Rini, menyampaikan warung tersebut sudah ada sejak 1970-an. Rini melanjutkan usaha warung ibunya di tempat wisata itu. Menurut Rini, dulu tak hanya dia yang membuka warung di Gunung Gandul, melainkan ada beberapa orang menjajakan aneka makanan.

Dia menceritakan objek wisata Gunung Gandul cukup ramai sejak sebelum WGM Wonogiri dibangun pada 1980-an. Saat momen Lebaran, jalur setapak menuju puncak sampai tersendat. “Dulu senang sekali. Saya masih kecil waktu itu, masih ikut orang tua. Orang-orang pada ke sini. Yang jualan juga banyak,” ucap dia.

Tempat ini juga menjadi lokasi ritual mengenang pengorbanan Yesus Kristus yang disalib saat Hari Raya Paskah. Kegiatan itu juga sudah ada sejak dulu sebelum ada WGM.

Biasanya para pemeluk Katolik di Wonogiri mengadakan peringatan penyaliban Yesus di atas Gunung Gandul dengan adegan teatrikal Yesus berjalan menuju bukit hingga disalib. Kegiatan itu diikuti sejumlah umat Katolik dengan berjalan mulai dari bawah hingga hampir di puncak Gunung Gandul.

Saat ini Gunung Gandul dikelola secara profesional. Salah satu investor yang bekerja sama dengan Perum Perhutani mengelola tempat wisata di ketinggian Wonogiri itu. Pengelola menamakan objek wisata itu Gunung Gandul Hill Top Wonogiri.

Gunung Gandul Hill Top

Dibuka sejak 2022, wisata Gunung Gandul dipercantik dengan beberapa spot selfie dan area outbond. Pengelola Gunung Gandul Hill Top, Arif Musa, menyampaikan meski digarap serius sebagai objek wisata, bukan berarti dia merusak hutan.

wisata gunung gandul wonogiri
Pengelola Gunung Gandul membangun wahana outbond di Kelurahan Giriwono, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Senin (20/2/2023). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Arif mengaku bakal tetap mempertahankan ekosistem hutan dan merawatnya. Tidak ada bangunan permanen kecuali kamar mandi di sana. Hampir semua wahana menggunakan bahan-bahan yang tersedia di hutan Gunung Gandul.



Pengunjung hanya perlu membayar tiket masuk seharga Rp5.000/orang untuk memasuki area wisata ini sepuasnya. “Itu sudah menjadi idealisme saya. Meski jadi wisata, tetap berupaya tidak mengubah fungsi hutan. Ini masih wisata rintisan ” kata Arif.

Dibuka tiga hari setelah Lebaran 2022, Arif mengaku menggarap wisata ini dengan serius meski dengan modal minim. Dia meriset sekaligus membangun objek wisata itu selama lebih kurang dua tahun.

Arif tidak memungkiri kondisi jalan menuju Gunung Gandul Hill Top sudah rusak. Oleh karena itu, dia berencana mengubah objek wisata itu menjadi wisata tracking atau pendakian. 

Gunung Gandul Hill Top juga bisa digunakan sebagai area camping. Sedikitnya ada tiga lokasi camping ground. Masing-masing lokasi bisa memuat hingga belasan tenda. Wisatawan hanya perlu membayar retribusi senilai Rp10.000 untuk bisa menikmati Wonogiri dari ketinggian selama semalam.

Selain jalan rusak, gerombolan kera menjadi kendala dalam pengembangan wisata ini. Mereka kerap merusak aset seperti lampu dan gazebo yang sudah dibangun. “Tanggal 7 April 2023 nanti ada peringatan jalan paskah di Gunung Gandul,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya