SOLOPOS.COM - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ir. Soekarno, Senin (26/12/2022). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri).

Solopos.com, SUKOHARJO — Selama dua bulan terakhir yakni pada November-Desember pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ir. Soekarno didominasi penyakit  gastroenteritis akut hingga human immunodeficiency virus infection and acquired immunodeficiency syndrome (HIV/Aids).

Direktur RSUD Ir Soekarno Sukoharjo, Yunia Wahdiyati mengatakan selama dua bulan terakhir pasien rawat inap didominasi penyakit muntah dan diare akibat infeksi atau peradangan, atau gastroenteritis.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Pasien rawat inap didominasi penyakit bronkopneumonia, hipertensi, dyspepsia, anemia, hipertensi renal, dan  gastroenteritis akut,” terang Yunia kepada Solopos.com, Senin (26/12/2022).

Bronkopneumonia merupakan infeksi di saluran pernapasan bronkus dan paru-paru, yang dapat terjadi akibat komplikasi dari influenza atau infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Bronkopneumonia juga bisa disebabkan dari virus maupun bakteri atau jamur.

Sementara hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah di atas 140/90, dan dianggap parah jika tekanan di atas 180/120.

Baca juga: Aksi Sumbang Darah oleh IDI Sukoharjo, Yuk Datang ke RSUD

Dyspepsia merupakan ketidaknyamanan perut bagian atas, yang dijelaskan seperti sensasi terbakar, kembung, atau begah, mual, atau perasaan cepat kenyang setelah mulai makan.

Sementara anemia merupakan kondisi ketika darah tidak memiliki sel darah merah sehat yang cukup. Anemia juga menyebabkan aliran oksigen berkurang ke organ tubuh.

Sementara flu perut atau gastroenteritis adalah muntah dan diare akibat infeksi atau peradangan pada dinding saluran pencernaan, terutama lambung dan usus. Di masyarakat luas, gastroenteritis lebih dikenal dengan istilah muntaber.

Sebagian besar gastroenteritis disebabkan oleh infeksi virus, yang penularannya sangat mudah terjadi. Selain infeksi, gastroenteritis juga dapat disebabkan oleh efek samping obat-obatan.

“Karena RS kami tipe B, jadi kebanyakan hanya menerima kasus rujukan dari faskes lain. Untuk beberapa penyakit rawat jalan didominasi gagal ginjal kronik, HIV AIDs, asma, hipertensi, TBC,  dan gangguan jantung paru kronik,” terang Yunia.

Baca juga: Waspada Varian Baru Covid-19, RSUD Sukoharjo Siapkan Ruang Isolasi

Dikonfirmasi terpisah, Pengelola Program dan Monev Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Sukoharjo, Erna Kusrini mengatakan jumlah penambahan kasus HIV Aids merata di seluruh kabupaten. Hal itu lantaran gaya hidup yang menjadi salah satu penyebabnya.

“Jumlah kasus HIV Aids berdasarkan populasi berisiko sampai Oktober 2022 kebanyakan karena [Lelaki Seks Lelaki] LSL, [Tuberkulosis] TB, pelanggan PS [Pekerja Seks], pasangan ODHA [Orang Dengan HIV AIDS], [Wanita Pekerja Seks] WPS, Pasangan Resti [Resiko Tinggi], heterosexual, hamil dan faktor lain juga menjadi penyebab,” katanya kepada Solopos.com.

Dia mengatakan tak menutup kemungkinan dengan adanya peningkatan fenomena LSL menyebabkan kasus HIV Aids turut meningkat. Sebab menurutnya tren LSL cukup menular.

“Upaya kami dari sisi pemberdayaan masyarakat kami berusaha meningkatkan peran masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan Aids dengan cara meningkatkan kapasitas Peran Forum WPA [Warga Peduli AIDS] baik di tingkat Desa maupun di tingkat Kecamatan serta WPA kampus,” ujarnya.

Baca juga: Foto-Foto Kedatangan 13 Korban Kecelakaan Bus Wisata di RSUD Sukoharjo

KPA Kabupaten Sukoharjo telah memiliki Forum WPA di 12 Kecamatan dan semua desa di Sukoharjo. Selain itu dua WPA Kampus juga telah terbentuk di Universitas Veteran (Univet) Bangun Nusantara dan juga di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).

“Tugas mereka ya itu tadi mengedukasi HIV Aids kepada masyarakat. Selain itu mereka juga mengidentifikasi potensi masyarakat yang berisiko, mengantar ke Klinik Voluntary Counceling and Testing [VCT/Klinik utk test HIV Aids] bila ada warga masyarakat yang ingin melakukan tes,” kata dia.

Sementara di bidang pariwisata KPA bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (yang juga merupakan OPD anggota KPA) untuk melakukan pemeriksaan HIV rutin. Pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan sekali pada karyawan tempat hiburan malam seperti spa, karaoke, hingga panti pijat.

Pada populasi beresiko tinggi KPA memiliki program pemetaan pada lokasi komunitas itu berada. Komunitas yang dimaksud dalam hal ini adalah LSL, WPS, transpuan, dan juga pengguna narkoba suntik/penasun. Menurutnya komunitas ini adalah populasi kunci menekan angka HIV Aids.

Baca juga: Relawan Peduli AIDS Meminta Akses Pengobatan untuk ODHIV Dipermudah di Solo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya