SOLOPOS.COM - Jenazah Sumaryoto Padmodiningrat dimasukkan ke liang lahat dengan menerapkan protokol pemakaman Covid-19 di Permakaman Trah Keluarga Darmo Sutarno Kecik Dusun Randusari, Desa Ngadirojo Kidul, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri, pada Kamis (10/3/2022) pukul 11.00 WIB. (Solopos/Luthfi Shobri Marzuqi)

Solopos.com, WONOGIRI — Kabar duka datang dari sosok politikus dan pengusaha Sumaryoto Padmodiningrat.

Pria kelahiran Wonogiri, 8 Juni 1946 itu meninggal pada Rabu (9/3/2022) pukul 22.50 WIB di usia 75 tahun. Sumaryoto meninggalkan seorang istri, lima anak, dan enam cucu.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Sosok yang dikenal sebagai politikus dan pengusaha itu meninggal di Jakarta. Jenazah diberangkatkan langsung dari Rumah Sakit Medistra Jakarta. Ia dimakamkan di Permakaman Trah Keluarga Darmo Sutarno Kecik yang berada di Dusun Randusari, Desa Ngadirojo Kidul, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah pada Kamis (10/3/2022) pukul 11.00 WIB.

Baca Juga : Sumaryoto Padmodiningrat Pengusaha Bus dan Politikus Wonogiri Berpulang

Pantauan Solopos.com di lokasi permakaman, banyak warga, rekan, dan saudara, berdatangan ke sekitar lokasi permakaman sebelum jadwal pemakaman Sumaryoto. Tak hanya itu, karangan bunga berjajar di luar pagar makam.

Salah satunya karangan bunga milik Danar Rahmanto, eks Bupati Wonogiri periode 2010-2015. Saat pemilihan kepala daerah, Sumaryoto pernah menjadi salah satu rival Danar Rahmanto. Selain menjadi rival politik saat Pilkada Wonogiri 2010, Danar ternyata masih mempunyai ikatan keluarga dengan Sumaryoto. Almarhum merupakan putra dari Paman Danar.

Baginya, Sumaryoto adalah sosok yang konsisten dengan keinginan rakyat. “Dibuktikan dengan menjabat sebagai anggota legislatif, yang salah satunya mewakili masyarakat Wonogiri,” ucap Danar saat ditemui Solopos.com, Kamis (10/3/2022) siang.

Baca Juga : Mengenang Miyono, Pakde dan Mentor Presiden Jokowi yang Pekerja Keras

Ia mencontohkan saat Sumaryoto menjabat Komisi V DPR RI masa jabatan 2004-2009, jalan provinsi dari Wonogiri ke Ponorogo dilebarkan lebih kurang empat meter di kiri maupun kanan jalan. “Sehingga sekarang ini masyarakat sudah bisa menikmati fasilitas jalan raya itu dengan baik,” katanya.

Pengabdian Sumaryoto itu dikenang baik oleh masyarakat. Salah satu buktinya ramai peziarah datang mengiringi pemakaman Sumaryoto meski prosesi dilakukan dengan prosedur Covid-19. Hingga pukul 12.30 WIB, tempat permakaman masih didatangi peziarah.

Sumaryoto di Mata Anak

Di mata anak-anaknya, Sumaryoto sosok ayah bijaksana dan selalu mengarahkan anak-anaknya dengan baik. Selain itu, Sumaryoto memiliki keinginan kuat mengenalkan anak-anaknya terhadap budaya Jawa.

Baca Juga : Minta Dimakamkan di Rumah, Ini Pesan Terakhir Tokoh Samin Mbah Wargono

Anak ketiga Sumaryoto, Ayuning Sekarsuci, mengaku sejak kecil seringkali diajak menonton pertunjukan wayang orang. “Kami semua [anak-anaknya] dikenalkan dengan wayang kulit sampai wayang orang sejak kecil. Ketika di Jakarta, saat malam minggu misalnya, bukannya diajak pergi ke bioskop, tapi malah diajak melihat pertunjukan wayang orang,” kata perempuan yang akrab disapa Ayu saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (10/3/2022).

Soal cara mendidik, lanjut Ayu, mendiang Sumaryoto sosok yang mengajarkan kebaikan dengan tak banyak bicara. Sumaryoto mengajarkan melalui contoh perilaku. Hal itu, kata Ayu, menyadarkan bagaimana cara menjadi orang baik.

Ayu menjadi satu-satunya anak Sumaryoto yang meneruskan jejak Sumaryoto terjun ke politik. Saat ini, Ayu menjabat anggota Komisi A DPRD Provinsi Jawa Tengah dari Fraksi PDI Perjuangan.

Baca Juga : Kabar Duka, Mbah Panut Pengamat Gunung Merapi Pos Plawangan Meninggal

Mozaik Pemikiran Sumaryoto

Ayu mengakui pilihannya terjun ke dunia politik salah satunya berkat arahan mendiang Sumaryoto. “Saya sudah dikenalkan sejak SMA dan kuliah. Beliau banyak mengajarkan saya di dunia politik seperti saat masuk ke organisasi, bagaimana cara bergaul yang baik, berdampingan dengan masyarakat, dan saat masuk ke partai,” ungkapnya.

Sumaryoto juga lama dikenal sebagai sosok pemikir. Ia menuangkan pemikirannya melalui tulisan di berbagai media. Bahkan, ia sempat menerbitkan tulisan hasil pemikirannya dalam bentuk buku berjudul Mozaik Pemikiran Sumaryoto.

Sumaryoto gemar menulis sejak terjun ke dunia politik. “Beliau memang suka menulis dan sampai terakhir kali saat sudah dalam kondisi sakit, setiap pagi, beliau selalu menyempatkan membaca koran dan menulis,” jelasnya.

Baca Juga : Gagal Pilkada Wonogiri, Sumaryoto Bidik Jateng 1

Namun, rutinitas itu terhenti seketika saat komplikasi penyakit mendera Sumaryoto beberapa hari lalu. Sumaryoto menderita penyakit jantung sejak lama. Kemudian, ia mendapat diagnosis diabetes. Penyakit tersebut menggerogoti Sumaryoto seiring usia yang sudah senja. “Beberapa hari lalu itu sakit komplikasi cukup parah sebelum meninggal dunia.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya