Soloraya
Minggu, 5 Februari 2023 - 17:56 WIB

Oktober, Presiden Jokowi Resmikan Bendungan Jlantah Karanganyar

Indah Septiyaning Wardani  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Lokasi proyek pembangunan Waduk Jlantan, di Desa Tlobo, Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar. Foto diambil April 2022 lalu. (Solopos.com/Akhmad Ludiyanto)

Solopos.com, KARANGANYAR–Proyek pembangunan Bendungan Jlantah di Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar terus dikebut. Presiden Joko Widodo (Jokowi) direncanakan meresmikan proyek bendungan tersebut pada Oktober mendatang.

Kepala Kantor Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Karanganyar Aris Munanto mengatakan sampai saat ini proses pembebasan lahan warga terdampak proyek Bendungan Jlantah terus berjalan. Proses pembebasan lahan tinggal menyisakan 500 bidang tanah.

Advertisement

“Oktober nanti akan diresmikan bapak Presiden. Jadi kami mengebut pengukuran. Pengukuran 500 bidang tanah sudah kita selesaikan. Pembayarannya tinggal menunggu perhitungan appraisal,” kata dia kepada Solopos.com, Minggu (5/2/2023).

Dia mengatakan 500 bidang yang telah selesai diukur tersebut selain tanah milik perorangan atau warga juga ada tanah kas desa. Ada dua desa terdampak pembangunan Bendungan Jlantah. Yakni Desa Tlobo dan Desa Karangsari Kecamatan Jatiyoso.

Advertisement

Dia mengatakan 500 bidang yang telah selesai diukur tersebut selain tanah milik perorangan atau warga juga ada tanah kas desa. Ada dua desa terdampak pembangunan Bendungan Jlantah. Yakni Desa Tlobo dan Desa Karangsari Kecamatan Jatiyoso.

Sejauh ini belum ada penolakan ganti rugi atas pembebasan lahan proyek Bendungan Jlantah. Proses pembebasan lahan tidak hanya menghitung lahan warga. Namun juga tanaman terdampak pembangunan Bendungan Jlantah.

Tanaman ini dari durian, jati, alpukat dan lainnya. Proses ganti rugi tanaman tersebut ditangani oleh Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan dan Peternakan (Dispertan PP) Karanganyar. Diakuinya keberadaan bendungan membuat nilai jual objek pajak (NJOP) di sana naik.

Advertisement

Sebelumnya, rumah-rumah layaknya sultan bermunculan di wilayah Jatipuro-Jatiyoso. Rumah berarsitektur modern tersebut berukuran cukup besar. Bangunan rumah itu sebagian berlantai dua dengan balkon di bagian depan yang disangga pilar-pilar mewah.

Kepala Dusun Winong, Desa Jatisawit, Jatiyoso, Sutino sebelumnya mengatakan bermunculan bangunan rumah mewah layaknya sultan di wilayahnya. Bangunan rumah mewah ini milik warga setempat yang tempat tinggalnya tergusur proyek pembangunan Bendungan Jlantah.

“Iya mereka itu baru dapat uang ganti rugi Waduk Jlantah lalu pindah dan bikin rumah baru,” kata dia.

Advertisement

Mereka menempati lahan yang sebelumnya merupakan tegalan/ladang tak berpenghuni. “Dulunya tempat itu ya tegalan. Tapi sekarang sudah berubah [jadi kawasan rumah mewah] sejak mereka pindah ke situ,” imbuh dia.

Meskipun pemilik sudah membangun rumah mewah, namun tidak semuanya tinggal di tempat itu. Pasalnya, sebagian mereka tetap tinggal di perantauan. Sehingga yang tinggal di rumah tersebut adalah kerabat atau para orang tua. “Warga sini sebagian merantau, mereka juga begitu. Jadi yang di situ [menempati rumah mewah] ya saudaranya atau orang tuanya,” imbuh Sutino.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif