Soloraya
Rabu, 10 November 2021 - 19:42 WIB

Omah Demit, Rumah Dinamit Peninggalan Belanda di Krakitan Klaten

Taufiq Sidik Prakoso  /  Haryono Wahyudiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bukit Patrum di Dukuh Mojopereng, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten, hingga kini masih kukuh berdiri. Diantara bekas bukit pertambangan kapur itu, ada bukit yang ujungnya berdiri satu rumah dan dikenal dengan nama Omah Demit. Foto diambil Rabu (10/11/2021). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN—Deretan bukit kapur kukuh berdiri di Dukuh Mojopereng, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten. Kawasan tersebut dipopulerkan dengan nama Bukit Patrum Photorium.

Di antara deretan bukit, ada salah satu bukit yang terpisah dengan ujung bukit terdapat rumah kecil. Sekeliling rumah ditumbuhi rumput serta tanaman.

Advertisement

Tak ada jalan untuk menuju ke rumah itu. Rumah tersebut kerap dikenal dengan nama Omah Demit. Tak ada yang tinggal di rumah tersebut pun halnya dengan isi rumah kosong.

Baca Juga: PT PP Percepat Pembangunan Jalan Relokasi Waduk Pidekso Wonogiri

Advertisement

Baca Juga: PT PP Percepat Pembangunan Jalan Relokasi Waduk Pidekso Wonogiri

Keberadaan rumah yang berdiri sendiri di ujung bukit tersebut tak bisa terpisahkan dengan sejarah masa lalu kawasan perbukitan yang dikenal sebagai lokasi pertambangan kapur. Pertambangan itu aktif pada masa kolonial Belanda.

Bukit yang ada rumahnya tersebut pada masa lalu menyambung dengan perbukitan lainnya. Rumah itu menjadi salah satu tempat untuk menyimpan dinamit atau bahan peledak yang digunakan untuk memecah batu kapur. “Dinamit dimasukkan ke bukit kemudian pecah,” kata Kepala Desa Krakitan, Nurdin, Rabu (10/11/2021).

Advertisement

Baca Juga: Hujan Deras, Talut Perkarangan Rumah di Musuk Boyolali Ambrol

Selepas masa kolonial, kawasan perbukitan tersebut masih digunakan untuk kegiatan pertambangan kapur. Kawasan perbukitan itu tak lagi aktif untuk pertambangan kapur pada 1980-an.

Nurdin mengatakan awalnya masih ada akses menuju bekas rumah dinamit tersebut lantaran kawasan perbukitan masih menyambung. Rumah tersebut juga kerap digunakan untuk tempat istirahat para penambang.

Advertisement

Namun, perbukitan yang menghubungkan rumah tersebut dengan perbukitan lainnya ambrol. “Dulu masih menyambung. Karena faktor alam dan efek dari kegiatan pertambangan, akhirnya ambrol. Waktu ambrol itu saya masih TK,” jelas Nurdin.

Baca Juga: Hari Pahlawan, Saganu Ziarah ke Makam Pencetus Slogan “NKRI Harga Mati”

Kawasan perbukitan tersebut pada 2017 ditata dan dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUM desa) menjadi objek wisata alam bernama Bukit Patrum Photorium. Namun, objek wisata tersebut ditutup sejak ada pandemi Covid-19.

Advertisement

“Belum ada rencana untuk dibuka lagi. Karena satu sisi harus ada pembenahan lagi fasilitas-fasilitas yang ada di sana,” kata dia.

Kawasan perbukitan yang terdapat satu rumah tersebut dulunya sering digunakan latihan panjat tebing komunitas pencinta alam. “Tetapi kami peringatkan dulu agar tidak digunakan untuk kegiatan tersebut. Karena kami juga belum punya safety dan pengawasan,” ungkap dia.

Baca Juga: Pemdes Gedongjetis Klaten Bangun Kolam Renang Dilengkapi Pasir Putih

Salah satu warga Dukuh Mojopereng, Misdi, 66, mengatakan dulunya ada dua rumah di ujung perbukitan tersebut. Lantaran faktor usia, salah satu rumah roboh. Dia juga menjelaskan dulunya kawasan perbukitan menyambung.

Soal akses menuju bekas rumah dinamit, Misdi mengatakan tak ada akses menuju ke tempat tersebut. ”Tidak bisa didatangi. Tidak ada jalannya. Sekarang di rumah itu sudah tidak ada isinya apa-apa,” kata Misdi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif