SOLOPOS.COM - Produsen olahan susu, Lilik Tri Cahyani, 26, membungkus permen olahan susu yang dibuatnya di rumahnya di Samiran, Selo, Boyolali, Selasa (15/3/2022). (Solopos-Ni'matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI – Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak 2020 hingga saat ini ternyata berdampak pada penurunan omzet penjualan produk olahan susu yang dikelola Dapur Aura di Tegalsruni, Samiran, Selo, Boyolali.

Pembuat produk olahan susu Dapur Aura, Lilik Nur Cahyati, 26, mengatakan sebelum pandemi dirinya dapat mengolah susu 60 liter sehari untuk dijadikan permen susu, dodol susu, dan stik susu.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Sekarang dalam satu pekan hanya empat hingga lima kali produksi. Sekali produksi hanya 15-20 liter,” kata Lilik saat ditemui di rumah produksinya pada Selasa (15/3/2022).

Baca juga: Bunga Tabur Laku Keras di Boyolali Jelang Ramadan

Lilik mengaku hanya bisa sabar menanti keadaan normal kembali. Ia menceritakan, saat pandemi hanya permen susu yang ia produksi secara rutin. Produk lain seperti dodol susu dan stik susu hanya ia produksi selama ada pesanan.

“Harapannya semoga pandemi cepat berlalu dan para pelaku UMKM seperti ini bisa cepat bangkit. Soalnya kemarin waktu pertemuan banyak sekali pelaku UMKM yang mengeluhkan penurunan pendapatan di saat pandemi,” ungkap dia.

Walau pandemi melanda, Lilik ternyata tetap mengikuti pelatihan yang dilaksanakan dinas terkait untuk meningkatkan kualitas produk olahan susunya.

“Terakhir itu pada 2021, ikut pelatihan SOP pengolahan pangan terkait perizinan PIRT [Pangan Industri Rumah Tangga] dari Dinas Kesehatan Boyolali yang difasilitasi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Boyolali. Sebelumnya juga pernah ikut pengolahan susu yang benar oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali,” jelasnya.

Baca juga: Deretan Monumen Ikon Boyolali, Ada Miniatur Keajaiban Dunia Loh

Sementara itu, pemilik usaha tempat Lilik membuat olahan susu, Siti Ngaisah, 37, mengungkapkan pendapatannya menurun drastis karena pandemi.

“Omzetnya dari Rp15 juta sekarang tinggal Rp3 juta per bulan. Itu omzet kami terjun payung banget,” ungkap dia.

Pernah Setop Produksi

Lebih lanjut, Siti menceritakan sebelum pandemi, dirinya bisa menyetorkan produk-produknya ke puluhan toko oleh-oleh khas Boyolali. Namun, sekarang toko yang ia titipi produknya dapat dihitung dengan jari.

“Pernah itu Lebaran 2020 kami benar-benar setop produksi. Kemudian dulu sebelum pandemi kami bisa setor ke 48 toko, sekarang hanya tujuh hingga delapan toko,” jelasnya saat dihubungi Solopos.com pada Rabu (16/3/2022).

Baca juga: Harga Anjlok, Petani Mawar di Boyolali Menanti Berkah Bulan Ruwah

Ia mengaku, sebelum pandemi juga memiliki banyak reseller yang tersebar di banyak tempat. Namun, karena pandemi banyak pula reseller yang setop kulak.

“Dulu kami punya banyak sales dan reseller, tapi karena pandemi jadi tutup total. Dulu ada reseller orang Karanganyar, beliau memasok ke Jawa Barat. Kemudian ada orang Klaten masuk ke Jogja. Sekarang tinggal satu reseller, itu memasok ke Jakarta dan rest area. Itupun jumlah yang diambil sedikit,” jelasnya.

Siti sebagai pengusaha olahan susu berharap kondisi dapat kembali normal dan dapat memasok produk olahannya secara lancar.

“Semoga keadaan lebih baik dari sebelumnya, agar olahan susu Boyolali bisa semakin dikenal dan menjadi produk khas kota Susu. Yang saya impikan itu jika orang ke Boyolali kalau belum beli permen dan dodol susu serasa belum ke Boyolali,” harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya