Soloraya
Sabtu, 26 Maret 2022 - 10:09 WIB

Omzet Usaha Emping Melinjo di Gumpang Kartasura Naik Saat Pandemi

Magdalena Naviriana Putri  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perajin emping, Narti, 63, dan Suparno, 65, menumbuk melinjo di rumahnya Windan, Gumpang, Kartasura, Sukoharjo, Jumat (25/3/2022). (Solopos-Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO – Usaha produksi emping –sejenis camilan terbuat dari biji melinjo yang rasanya gurih sedikit pahit– di Desa Gumpang, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, justru moncer saat pandemi Covid-19.

Salah satu pengusaha pembuat Emping di Windan, Gumpang, Kartasura, Sukoharjo, Nura Safitri, 48, mengaku omzet penjualannya naik dua kali lipat saat pandemi. “Kalau omzet biasanya Rp80 juta/bulan, itu sebelum pandemi kalau setelah pandemi bisa dua kali lipat dari itu,” katanya saat berbincang dengan Solopos.com di rumahnya, Jumat (25/3/2022).

Advertisement

Nura mengatakan saat ini reseller atau penjual ulang yang mengambil emping darinya justru makin meningkat. Penjualan emping yang diproduksi Nura kini menjangkau berbagai wilayah hingga ke Jawa Timur, seperti Sidoarjo, Malang, Madura, dan Jember.

Baca juga: Perajin Emping dan Keripik Belut di Klaten Sama-Sama Pusing, Kenapa?

Advertisement

Baca juga: Perajin Emping dan Keripik Belut di Klaten Sama-Sama Pusing, Kenapa?

“Kalau paling banyak ke Jawa Timur, selain itu ada di Kalimantan, Pontianak, Banjarmasin, Jakarta, Bekasi. Kalau untuk ke daerah Jawa Barat lebih suka yang tawar empingnya,” jelasnya.

Nura menyatakan emping yang dipasarkannya tersedia dalam berbagai varian rasa. Harga yang dibanderol untuk emping mentah Rp65.000-Rp80.000/kg, sedangkan emping matang dengan berbagai varian rasa dihargai Rp60.000-68.000/kg.

Advertisement

Baca juga: Peserta Vaksinasi di Sukoharjo Bisa Dapat Sepeda Motor Loh, Gas Yuk!

Lebih lanjut, Nura menyatakan walaupun omzet meningkat, pihaknya mengalami kendala tersendiri terkait ketersediaan melinjo dan minyak goreng. “Kadang permintaan pas banyak, melinjonya tidak ada jadi terkadang harus menaikkan harga. Minyak goreng harus pakai yang kualitas premium, supaya empingnya bisa tahan lama,” jelasnya.

Potensi Desa

Dia berharap jangan ada lagi kesulitan mendapatkan minyak goreng agar produksinya bisa berjalan lancar. Kendala lainnya yakni soal perajin yang sudah berumur sehingga kuantitas produk makin lama semakin berkurang.

Advertisement

Menurut Nura, perubahan logo halal juga menjadi kesulitan tersendiri dalam memasarkan produknya. Pasalnya beberapa toko mengharuskan kemasan yang dia pasarkan sudah memakai logo baru itu itu, padahal kemasan lama miliknya dengan logo lama masih tersedia dalam jumlah banyak.

Baca juga: Pedagang Pasar Cuplik Sukoharjo Pindah ke Pasar Darurat Setelah Lebaran 

Perajin emping di Gumpang, Narti, 63 mengaku saat ini membuat emping hanya berdasarkan kekuatannya saja. “Terkadang melinjonya tidak ada, kalau ini [pembuatan emping] ya sekuatnya saja, soalnya sudah umur,” terangnya saat ditemui di rumahnya, Jumat.

Advertisement

Sekretaris Desa Gumpang, Benny Raharjo, mengatakan potensi desa yang dimiliki desa salah satunya merupakan produksi emping melinjo itu.

“Kerajinan makanan emping disini [Gumpang] banyak dulunya, kalau sekarang paling di Dukuh Windan itu yang masih banyak pembuatnya, selain itu ada juga di Dukuh Kudusan,” terangnya saat ditemui di Kantor Desa Gumpang, Jumat.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif