SOLOPOS.COM - Anak-anak jalanan dianggap preman ditangkap polisi Solo, Sabtu (27/6/2015). (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Operasi pekat Klaten, polisi kejar-kejaran dengan sejumlah preman yang akan ditangkap.

Solopos.com, KLATEN–Razia preman yang dilakukan aparat Polres Klaten di sejumlah lokasi strategis di Kota Bersinar, Kamis (17/12/2015) diwarnai aksi kejar-kejaran di tengah jalan.  Belasan pengamen dan anak punk yang biasa beraktivitas di Klaten diciduk Satsabhara Polres Klaten.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Informasi yang dihimpun Solopos.com, beberapa lokasi yang biasa dijadikan tempat mangkal para preman berada di Jl. Bypass, perempatan Tegalyoso dan perempatan Bendogantungan. Di lokasi Bendogantungan, sejumlah anggota Satsabhara sempat beradu cepat dengan para preman di tengah jalan. Aksi kejar-kejaran itu sempat menjadi tontotan pengguna jalan raya Solo-Jogja.

“Razia ini digelar karena ada laporan dari masyarakat yang sering resah dengan para pengamen, anak punk, dan yang lainnya. Mereka dinilai sudah meresahkan warga pengguna jalan. Makanya, kami tangkap mereka. Hari ini , ada 13 orang yang kami gelandang ke Mapolres Klaten,” kata Kaurbinops (KBO) Satsabhara Polres Klaten, Iptu Muhari, mewakili Kapolres Klaten, AKBP Langgeng Purnomo, saat ditemui wartawan di Mapolres setempat, Kamis (17/12/2015).

Iptu Muhari mengatakan razia preman akan terus dilakukan hingga beberapa waktu mendatang. Hal ini merupakan bagian menciptakan iklim kondusif di Kota Klaten menghadapi pergantian tahun 2015-2016.

“Tak hanya preman yang ada di jalanan, kami juga akan menggelar razia di sejumlah tempat indekos dan lokasi strategis lainnya di Klaten. Melalui razia rutin ini, diharapkan suasana di Klaten tetap kondusif. Sebagian besar yang terjaring akan kami bina dan diserahkan ke panti sosial terdekat. Kalau ada yang memenuhi unsur tindak pidana ringan (tipiring), seperti membawa minuman keras (miras), tentu akan kami kenakan pasal tipiring,” katanya.

Salah satu warga yang terjaring razia di Bendogantungan, Tomy Yosep Prabowo, 17, mengaku sering mengamen di perempatan Bendogantungan dalam dua bulan terakhir. Sulitnya mencari kerja di era sekarang menyebabkan pemuda putus sekolah di tingkat SMK ini harus turun ke jalan untuk mengais rezeki.

“Mencari pekerjaan susah. Akhirnya, saya mengamen di jalanan. Setiap hari, saya bisa mengumpulkan uang sedikitnya Rp30.000. Uang itu saya gunakan untuk mencukupi kebutuhan,” kata pemuda yang penuh tato di kedua tangannya itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya