SOLOPOS.COM - MEMANEN PADI-Sejumlah buruh tani memanen padi yang ambruk karena diterjang angin, di Desa Manjungan, Kecamatan Ngawen, Selasa (28/2/2012) siang. (Farid Syafrodhi/JIBI/SOLOPOS)

MEMANEN PADI-Sejumlah buruh tani memanen padi yang ambruk karena diterjang angin, di Desa Manjungan, Kecamatan Ngawen, Selasa (28/2/2012) siang. (Farid Syafrodhi/JIBI/SOLOPOS)

KLATEN–Sejumlah petani di Kecamatan Ngawen, Klaten, terpaksa panen dini lantaran tanaman padi ambruk diterjang angin beberapa hari yang lalu. Akibatnya petani pun merugi.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Mayoritas umur padi yang ambruk itu sekitar 3,5 bulan. Padahal untuk panen yang baik, setidaknya padi  sudah berumur empat bulan.  “Karena padinya sudah berisi, jadi sekali saja diterjang angin sudah ambruk,” kata salah satu petani di Desa Manjungan, Kecamatan Ngawen, Sajiman, saat dijumpai Solopos.com, Rabu (29/2/2012).

Sajiman mengatakan angin kencang disertai hujan pada Minggu (26/2/2012) lalu membuat padi yang masih berumur 105 hari  di satu patok lahan sawahnya ambruk. Menurutnya, padi yang sudah ambruk kualitasnya tidak bisa disamakan dengan padi yang masih tegak berdiri, sebab telah bercampur dengan lumpur.

Hal serupa dialami petani di Desa Kadirejo, Kecamatan Karanganom,  Joko. Ia menanam padi di satu patok lahannya. Ia khawatir bila padi ambruk miliknya tidak segera dipanen, maka akan tergenang air dan kualitas gabahnya menurun drastis. Akibatnya  harga jualnya pun ikut merosot. “Curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini juga mempengaruhi pertumbuhan dan produksi padi,” ungkapnya, Selasa (28/2/2012).

Farid Syafrodhi/JIBI/SOLOPOS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya