Soloraya
Selasa, 21 Februari 2012 - 17:11 WIB

PADI INPARI 13: Besok Gubernur Jateng Panen Raya di Cawas

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - INPARI 13 -- Suasana panen raya padi Inpari 13 beberapa waktu lalu di wilayah Polanharjo, Klaten. Besok Gubernur Jateng akan kembali melakukan panen raya di Cawas, Klaten. (JIBI/SOLOPOS/dok)

KLATEN – Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo dijadwalkan mengikuti panen raya padi varietas inpari 13 di Desa Pakisan Kecamatan Cawas, Klaten, Rabu (22/2/2012) esok.

INPARI 13 -- Suasana panen raya padi Inpari 13 beberapa waktu lalu di wilayah Polanharjo, Klaten. Besok Gubernur Jateng akan kembali melakukan panen raya di Cawas, Klaten. (JIBI/SOLOPOS/dok)

Advertisement
Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Klaten, Wahyu Prasetyo saat ditemui wartawan di Gedung DPRD setempat, Selasa (21/2/2012), mengatakan hasil panen padi inpari 13 yang diklaim tahan hama wereng batang cokelat (WBC) sangat menggembirakan. Pasalnya, hasil panen varietas padi ini menyentuh angka 10,16 ton gabah kering panen (GKP) atau setara 8,79 ton gabah kering giling (GKG) perhektare. “Kami sudah menanam padi jenis inpari 13 di 6.593 hektare lahan yang tersebar di delapan kecamatan di Klaten. Hasilnya cukup memuaskan karena tiap hektarenya bisa menghasilkan 10,16 ton GKP,” terang Wahyu saat ditemui sesuai menghadiri rapat koordinasi dengan Komisi II DPRD Klaten.

Selain Bibit Waluyo, Wahyu menjelaskan, panen raya itu juga akan dihadiri Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jateng, Aris Budiyono, Bupati Klaten, Sunarna, perwakilan Dirjen Tanaman Pangan, Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementrian Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor, dan lain-lain. “Pak Bibit akan memanen padi secara manual dengan sabit. Acara dilanjutkan sambung rasa antara gubernur dengan petani Cawas dan perwakilan kelompok tani dari 26 kecamatan,” terang Wahyu.

Pada kesempatan itu, akan dikenalkan juga teknologi alat panen padi buatan Jepang. Menurutnya, penggunaan teknologi berupa alat panen itu mampu menghemat biaya untuk buruh tani dalam memanen padi. “Keberhasilan panen itu tak hanya dipengaruhi adanya bibit yang unggul, tetapi juga pola tanam. Kami menggunakan alat transplanter atau mesin tanam padi. Kami juga menggunakan persemaian khusus agar pertumbuhan bibit padi lebih maksimal. Pada usia 15 hari bibit itu sudah bisa ditanam, sedang dengan cara lama harus menunggu umur 25 hari,” terang Wahyu.

Advertisement

JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif