SOLOPOS.COM - PPL Bedoro bersama petani di Desa Bedoro, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, mengambil sampel tanaman padi yang gagal tumbuh untuk mengecek kondisi akarnya dan ternyata memang kecokelatan, Rabu (21/9/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Penurunan produktivitas tanaman padi di Kabupaten Sragen saat ini diperkirakan sebanyak 40%-50%. Hal ini disebabkan karena penyakit kerdil yang menyerang tanaman padi petani di sejumlah lokasi.

Hal ini diungkapkan oleh Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Sragen, Suratno, saat dihubungi Solopos.com, Senin (19/12/2022). “Ini masih banyak yang kerdil [tanaman padi], di Sragen hampir semuanya merata, kemarin ada laporan di Sambirejo, Gesi, Sambungmacan, dan Gondang. Sampai sekarang pun belum ada solusi,” terang Suratno.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Upaya yang ia lakukan dalam mengatasi permasalahan tanaman kerdil ini adalah dengan menyurati Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo dan Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo. Pihak Unisri mengaku akan melakukan kajian perbandingan, memakai program miliknya dengan IP400.

“Faktor yang menyebabkan kerdil rumput ini bisa karena beberapa hal. Pertama apakah mungkin karena bibit, empat kali tanam dengan varietas sama? Apakah pupuk yang tidak berimbang? Apalagi kandungan NPK juga berkurang. Apakah karena penggunaan pestisida berlebihan? Empat kali tanam itu apakah juga memengaruhi struktur tanah, karena tanah ini enggak istirahat. Bisa juga karena musim tanam yang empat kali sering tidak memperhatikan musim pranata mangsa,” ujar Suratno.

Baca Juga: Tolak Impor Beras, Anggota Komisi IV DPR Minta Pemerintah Cek Ulang Data  

Anggota Komisi IV DPR, Luluk Nur Hamidah mengaku ia sudah melaporkan masalah ini ke Dirjen Tanaman Pangan yang sudah menugaskan tim untuk ke lapangan.

“Saran saya, sering melakukan pembinaan ke petani jadi dengan menggerakkan dan memfungsikan PPL [Penyuluh Pertanian Lapangan]. Karena ada perubahan iklim, serangan hama, OPT [Organisme Penganggu Tanaman], kondisi tanah tentu akan memengaruhi tanaman,” terang legislator Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut belum lama ini.

Ia juga mengimbau petani perlu mempertimbangkan untuk mengikuti asuransi pertanian, sehingga bisa menekan risiko kalau ada gagal panen ataupun gagal tanam.

Solusi dari Distan KP Sragen

Kepala Seksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan KP) Kabupaten Sragen, Inung Ardian, Selasa (20/12/2022) menguraikan hasil pemeriksaan Kementerian Pertanian dan Ketahanan Pangan (Kementan) dan laboratorium Perlindungan Tanaman Pangan (PHP) Sukoharjo menyebutkan penyebab tanaman tidak bisa berkembang adalah tanah yang asam.

Baca Juga: KTNA Sragen Gandeng UNISRI Solo Riset Kasus Anjloknya Produktivitas Padi

“Maka diimbau untuk perbaikan drainase. Perlakuan untuk menaikkan pH tanah yaitu menggunakan kapur pertanian/ dolomit dengan dosis 1,5-2 ton/ha untuk menaikkan 1 nilai pH, penggunaan pupuk kimia berimbang. Kemudian penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati,” terang Inung pada Selasa.

Kemudian penggunaan ZnSO4 dengan dosis 15-20 kg/ha, penggunaan PGPR, dan dekomposer untuk perbaikan tanah. Selanjutnya, pergiliran penggunaan varietas dan penggunaan pestisida sebagai alternatif terakhir yang sesuai anjuran.

Sementara itu, mengacu lama litbang.pertanian.go.id, tanaman padi yang terserang virus kerdil rumput menunjukkan gejala penghambatan pertumbuhan, anakannya banyak. Selain itu daunnya menjadi pendek dan sempit. Kemudian tumbuhnya tegak serta berwarna hijau pucat atau kuning pucat. Seringkali pada daunnya terdapat bintik-bintik atau bercak coklat tua. Daunnya kadang-kadang tetap hijau jika diberi pupuk nitrogen yang cukup.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya