Soloraya
Kamis, 4 Juli 2013 - 20:05 WIB

PAGODA MOJOSONGO SOLO : Warga Akan Bangun Akses Masuk Lewat Jalan Kampung

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bangunan pagoda di Mojosongo, Solo (Dok/Solopos/Agoes Rudianto)

Bangunan pagoda di Mojosongo, Solo (Dok/Solopos/Agoes Rudianto)

SOLO — Wacana pembangunan jalan untuk membuka akses masuk pagoda yang ditemukan di lingkungan kampus II Institut Seni Indonesia (ISI) ring road Mojosongo mulai bergulir. Sejumlah kalangan menilai pagoda layak ditetapkan sebagai benda cagar budaya (BCB).

Advertisement

Lurah Mojosongo Agus Triyono ketika dijumpai Solopos.com, Kamis (4/7/2013), mengatakan akses masuk pagoda selama ini hanya bisa dilalui dari kampus ISI. Padahal lokasinya berada di bagian belakang kampus dengan jarak tempuh yang cukup jauh.

“Kami ingin membuka akses jalan masuk ke sana [pagoda] melewati jalan kampung. Tidak lagi melewati kampus ISI,” katanya.

Agus menuturkan dibukanya akses jalan masuk melalui perkampungan penduduk akan berimbas pada perekonomian warga setempat. Dikatakannya, dibutuhkan perbaikan jalan untuk membuka akses masuk pagoda. Oleh masyarakat sekitar lokasi pagoda sampai saat ini masih sering digunakan untuk tempat menggembala ternak.

Advertisement

“Jalannya masih jalan setapak. Hanya bisa digunakan untuk pejalan kaki,” katanya.

Pagoda, lanjut Agus, sebenarnya sudah ditemukan lama. Namun kondisinya tidak terurus dan terbengkalai. Agus menduga bangunan pagoda telah berusia lebih dari 50 tahun. Pihaknya bersama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) saat ini mulai menggarap bangunan yang diduga peninggalan cagar budaya dengan membangun pavingisasi lingkungan pagoda. Pihaknya berharap pagoda bisa menjadi salah satu objek wisata andalan Mojosongo.

Sementara Pengamat Arkeologi dari Universitas Sebelas Maret Solo (UNS) Suharyana menilai bangunan pagoda yang ditemukan di lingkungan Kampus II ISI masuk kategori BCB. Hal ini mengingat bangunan pagoda diduga telah berusia lebih dari 50 tahun sesuai keterangan dari warga setempat. Selain itu lokasi bangunan dikelilingi makam China yang menunjukkan adanya aktivitas masyarakat Tionghoa masa lalu.

Advertisement

“Unsur BCB masuk karena usia lebih dari 50 tahun dan unsur keagamaan, kebudayaan, gaya bangunan ada,” katanya.

Anggota Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia ini memastikan unsur religi Budha sangat kental dirasakan di kawasan itu mengingat bangunan pagoda dibangun persis di tengah-tengah bong [makam China]. Bangunan itu, kata dia, memiliki nilai sejarah tersendiri masuknya etnis Tionghoa di Kota Solo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif