SOLOPOS.COM - Ratusan warga menyerbu saluran air Dam Colo di Desa Pengkol, Kecamatan Nguter, Sukoharjo untuk menangkap ikan saat pintu saluran ditutup pada Senin (11/10/2021) mulai pukul 06.00 WIB. (Solopos/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, KARANGANYAR — Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Dam Colo Timur sempat meminta Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) untuk tidak menutup pintu air saluran irigasi Dam Colo. Pertimbangannya, petani masih sangat membutuhkan air dari saluran irigasi tersebut untuk masa tanam (MT) III.

Penutupan Dam Colo selama ini menjadi agenda rutin tahunan yang biasa dimanfaatkan untuk perawatan saluran irigasi tersebut. Namun di tahun ini kondisi dinilai berbeda di mana volume air di Waduk Gajah Mungkur masih cukup tinggi untuk mengalirkan ke saluran irigasi Dam Colo.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Berdasarkan pengamatan di lapangan, masa tanam II kemarin kan mundur sehingga untuk masa tanam III  juga ikut mundur. Untuk itulah petani meminta Dam Colo tidak ditutup,” ujar Ketua P3A Dam Colo Timur, Jigong Sarjanto.

Baca Juga: Pintu Air Dam Colo Ditutup, Gimana Nasib Lahan Pertanian di Sukoharjo?

Sayangnya, permohonan P3A itu tidak dikabulkan BBWSBS yang tetap menutup pintu air Dam Colo pada Senin (11/10/2021) kemarin. Para petani kini khawatir sawah mereka yang biasanya mengandalkan air dari Dam Colo bakal kekeringan dan puso. Penutupan Dam Colo akan dilakukan selama satu bulan penuh untuk pemeliharaan.

Penutupan Dam Colo tersebut berdampak pada terhentinya pasokan air ke saluran irigasi. Salah satu petani di wilayah Dagen, Karanganyar, Ismail Soleh, mengatakan mulai bersiap mencari alternatif sumber air irigasi pada MT III. Petani akan memanfaatkan sumur untuk mengairi sawah. Para petani juga menyiapkan pompa air.

“Sawahnya rawan kekeringan dan kami hanya mengandalkan air sumur,” kata dia ketika berbincang dengan Solopos.com, Selasa (12/10/2021).

Baca Juga: Pintu Air Dam Colo Ditutup Senin Besok, Polisi Dikerahkan Untuk Berjaga

Saat ini, dia mengatakan usia tanaman padi baru menginjak 40 hari. Padahal tanaman padi di usia tersebut masih membutuhkan air yang cukup banyak hingga nanti siap dipanen. Untuk memenuhi kebutuhan air itupun petani hanya mengandalkan sumur. Secara otomatis penggunaan sumur akan berdampak dengan bertambahnya biaya operasional. Di mana petani memompa air sumur untuk mengairi sawah.

“Sekali pengairan bisa menghabiskan ratusan ribu rupiah. Apalagi padi yang kami tanam usianya tergolong masih muda,” katanya.

Dia menyayangkan langkah Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) yang melakukan penutupan Dam Colo. Apalagi kondisi air di Waduk Gajah Mungkur masih tersedia dan memungkinkan untuk mengaliri aliran irigasi Dam Colo. Dengan mempertimbangkan kondisi itu, menurut dia, mestinya aliran Dam Colo tidak ditutup.

Senada petani lain, Warsito yang juga mengeluhkan penutupan Dam Colo. Dia khawatir penutupan Dam Colo akan berdampak besar pada hasil panen padi nantinya. Sebagaimana pengalaman tahun lalu, petani mengalami kerugian besar karena penutupan Dam Colo.

Baca Juga: Kecewa Dam Colo Sukoharjo Tetap Ditutup, Perwakilan Petani Walk Out Rapat

“Kita sudah mengeluarkan uang banyak untuk sewa mesin pompa air, tapi hasilnya tetap tidak maksimal. Harusnya Dam Colo tidak usah ditutup,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya