Soloraya
Rabu, 20 Juli 2022 - 16:38 WIB

Pakai Biogas Tahu, Warga Lereng Merbabu 12 Tahun Mandiri Tanpa Elpiji

Nimatul Faizah  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pemilik biogas limbah tahu, Suwarno, 45, memperlihatkan digester di belakang rumah produksi tahunya di Dukuh Gilingan Lor, Desa Urutsewu, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Rabu (20/7/2022). (Solopos.com/Ni’matul Faizah).

Solopos.com, BOYOLALI – Mayoritas masyarakat sangat bergantung pada gas minyak cair  liquefied petroleum gas (LPG) atau elpiji untuk kebutuhan memasak. Namun hal itu tidak berlaku bagi beberapa warga Lereng Merbabu, Boyolali, yang telah menggunakan biogas dari limbah tahu sejak 2010.

Saat ini ada lima warga di Lereng Merbabu, tepatnya Dukuh Gilingan Lor, Desa Urutsewu, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, yang memanfaatkan limbah tahu untuk menghasilkan biogas.

Advertisement

Inovasi  biogas berawal dari ide pemilik rumah produksi tahu, Suwarno pada 2010. Awalnya, biogas dari limbah tahu hanya digunakan sendiri. Pada 2015, biogas dari limbah tahu tersebut mulai disalurkan ke tetangga.

Saat ini, ada lima rumah tangga yang memakai biogas milik lelaki yang akrab disapa Suwar tersebut.

Advertisement

Saat ini, ada lima rumah tangga yang memakai biogas milik lelaki yang akrab disapa Suwar tersebut.

Saat disambangi ke rumahnya pada Rabu (20/7/2022) siang, Suwar memakai jersey kuning bertuliskan negara Brazil dan bercelana selutut. Suwar kemudian membawa Solopos.com menuju rumah produksi tahunya yang berada di belakang rumah.

Baca juga: Mandiri Energi ala Warga Kanoman Boyolali dengan Manfaatkan Limbah Tahu

Advertisement

Alat tersebut terlihat menyatu dengan tanah. Suwar mengatakan alat tersebut untuk menampung limbah tahu untuk biogas. “Setelah dua bulan limbah tahu kami tampung, baru bisa menjadi gas,” ungkap lelaki 45 tahun tersebut.

Suwar juga memperlihatkan pipa-pipa kecil berbahan PolyVinyl Chloride (PVC) yang ia gunakan untuk mendistribusikan gas ke warga sekitar untuk memasak di kompor. Ia mengatakan tak menarik retribusi dari penggunaan biogas yang dibuat.

“Saya tidak rugi, ini kan pemanfaatan limbah tahu [untuk biogas]. Jadi selama produksi tahu itu terus menerus, biogas tidak akan habis. Setiap hari diisi, jadi gasnya ada terus. Lebih hemat juga, biasa sebulan ada yang habis lima tabung gas kiloan, sekarang tidak usah,” ungkap dia.

Advertisement

Saat disinggung mengenai ketertarikannya dengan biogas, Suwar mengungkapkan awalnya melihat temannya membuat biogas. Kemudian, ia meminta tolong si teman untuk dibuatkan biogas limbah tahu di rumah produksinya.

Baca juga: Mandiri Energi di Cepogo Boyolali dengan Kotoran Sapi

Suwar mengungkapkan, biaya yang dihabiskan pada saat itu membuat biogas sekitar Rp50 juta. Namun, tidak ada biaya lain setelah membuat biogas.

Advertisement

“Enggak ada biaya perawatan, biaya sehari-hari juga enggak ada. Kalau ada yang bocor tinggal ditambal pake lem,” terang lelaki berkulit sawo matang tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif