SOLOPOS.COM - Pegawai Pasar Gedhe Klaten memeriksa panel surya sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di pasar tersebut, Rabu (6/12/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Pasar Gedhe Klaten diklaim bisa menghemat biaya listrik yang harus dibayarkan ke PLN hingga 40 persen. Energi listrik dari PLTS digunakan untuk menyuplai sumber energi lampu penerangan hingga perangkat elektronik pasar yang baru rampung dipugar itu.

Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (DKUKMP) Klaten, Anang Widjatmoko, mengatakan penghematan itu berdasarkan hasil evaluasi sejak pasar beroperasi pada Agustus 2023. Awalnya, dinas memperkirakan anggaran untuk biaya listrik per bulan di pasar yang berlokasi di pusat kota Klaten itu mencapai Rp25 juta.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Nominal itu berdasarkan rata-rata beban biaya listrik saat proyek pembangunan berlangsung. Setelah proyek rampung dan pasar beroperasi, biaya listrik per bulan tak sampai Rp25 juta.

“Biaya listrik dulu kami rencanakan Rp25 juta. Sekarang itu maksimal Rp16 juta hingga Rp17 juta per bulan. Menghemat biaya listrik 30-40 persen setelah kebutuhan energi listrik dibantu dari PLTS,” kata Anang saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (6/12/2023).

Anang melanjutkan kebutuhan listrik Pasar Gedhe Klaten saat pembangunan lebih besar karena banyak menggunakan peralatan elektronik sehingga kebutuhan listriknya juga besar. Berbeda ketika pasar beroperasi di mana energi listrik paling banyak dibutuhkan untuk penerangan dan alat elektronik lainnya.

Anang menjelaskan energi listrik yang dihasilkan PLTS atap digunakan untuk menyuplai kebutuhan listrik lampu penerangan hingga peralatan elektronik. Perangkat PLTS yang ada di Pasar Gedhe Klaten tak dilengkapi dengan penyimpan energi.

Butuh Tenaga Ahli Maintenance

Lantaran hal itu, energi listrik yang dihasilkan langsung dimanfaatkan. “Tidak ada penyimpanan, sehingga penggunaan energi listrik dari PLTS berlaku saat siang. Tetapi cukup signifikan untuk mengkaver listrik PLN. Aktivitas pasar kebetulan juga dari pagi sampai sore, sehingga kebutuhan energi listriknya juga tinggi pada waktu itu,” jelas dia.

Sedangkan sumber energi listrik PLN, Anang mengatakan digunakan untuk mengoperasikan eskalator dan travelator di Pasar Gedhe Klaten. Pada dua gedung pasar tersebut, ada empat eskalator dan empat travelator.

Tetapi, jenis eskalator dan travelator yang digunakan di pasar tersebut hemat energi listrik. Tangga berjalan ketika ada orang yang naik di atasnya. Saat tidak ada yang melintas, eskalator dan travelator otomatis berhenti.

Anang mengatakan hingga kini tak ada kendala dalam pengoperasian PLTS di Pasar Gedhe Klaten. Namun, DKUKMP masih berupaya mencari tenaga ahli yang bisa membantu melakukan perawatan perangkat PLTS.

“Kami baru mencari petugas untuk maintenance. Karena itu tidak mudah, kalau tidak dilakukan maintenance dengan baik, di masa mendatang penangkapan sinar matahari tidak maksimal. Untuk saat ini kami masih komunikasi dengan penyedia dulu,” ungkap dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Pasar Gedhe Klaten disebut-sebut menjadi pasar tradisional pertama yang menggunakan sumber energi listrik dari PLTS yang merupakan energi baru terbarukan. Pembangunan pasar itu dibiayai melalui APBN.

Mengutip informasi yang diunggah Juni 2023 lalu di laman pu.go.id, Kementerian PUPR berupaya mendukung pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan rakyat di berbagai daerah melalui pembangunan infrastruktur. Salah satunya rehabilitasi Pasar Gedhe Klaten.

Tahapan Pembangunan Pasar

Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, dalam artikel itu mengatakan pembangunan/rehabilitasi pasar dilakukan dengan meningkatkan fungsi pasar sebagai sarana perdagangan rakyat sehingga menjadi bangunan yang aman, nyaman, bersih, tertata, dan lebih estetis atau tidak kumuh.

Rehabilitasi pasar ini dilaksanakan oleh Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Tengah Direktorat Jenderal Cipta Karya. Pembangunan Pasar Gedhe Klaten melalui dua tahap.

Tahap I terdiri dari pembangunan zona 3 atau yang saat ini disebut zona C sebanyak 50 unit kios dan zona 4 atau zona D sebanyak 28 unit kios dan telah diselesaikan pada 2021. Anggaran rehabilitasi pasar tahap I ini Rp4,7 miliar.

Selanjutnya rehabilitasi Pasar Gedhe Klaten tahap II terdiri dari pembangunan gedung setinggi tiga lantai yang terdiri dari blok A dan blok B. Blok A terdiri dari 314 buah kios dan 466 buah los, sedangkan untuk blok B memiliki 46 kios, 44 los daging, 209 lapak oprokan, dan tempat parkir berkapasitas 306 sepeda motor.

Pembangunan Pasar Gedhe Klaten Tahap II dimulai pada Desember 2021 oleh kontraktor PT Karya Bangun Mandiri Persada dengan anggaran Rp88 miliar. Dibantu Konsultan Manajemen Konstruksi PT Gapssary Mitra Kreasi KSO PT Manggalakarya Bangun Sarana dengan anggaran Rp1,9 miliar.

Pasar Gedhe Klaten mengimplementasikan konsep green building salah satunya dengan pemasangan PLTS dengan kapasitas 207 kWp. Renovasi pasar oleh Kementerian PUPR merupakan amanat Perpres No 43/2019 tentang Pembangunan, Rehabilitasi, atau Renovasi Pasar Rakyat, Prasarana Perguruan Tinggi, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, dan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya