Soloraya
Jumat, 31 Desember 2021 - 21:35 WIB

Pakar Ekonomi: Simpang Siur PPKM Turut Pengaruhi Kenaikan Harga Pangan

Ika Yuniati  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi harga sembako. (Solopos/Dok)

Solopos.com, SOLO — Pakar ekonomi dari Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Lukman Hakim, menilai kenaikan harga pangan dan kebutuhan pokok masyarakat jelang momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) ini masih terbilang wajar.

Apalagi di tengah pandemi, simpang siur Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) juga turut mempengaruhi kenaikan harga bahan kebutuhan pokok. “Sebelumnya ada kabar akan ada PPKM jadinya stok bahan pangan tidak banyak. Lalu ternyata ada pelonggaran. Permintaan tinggi, pasokan sedikit, makanya harganya jadi tinggi,” katanya kepada Solopos.com, Kamis (30/12/2021).

Advertisement

Lukman memprediksi harga bahan pokok bakal kembali turun pada awal tahun mendatang sehingga masyarakat bisa sedikit bernapas lega. Kecuali jika terjadi ada gelombang III lonjakan kasus Covid-19 menyusul munculnya varian baru, Omicron.

Baca Juga: Sudah 3 Pekan Masyarakat Solo Dipaksa Beli Sembako Mahal

Di sisi lain, Lukman memprediksi ekonomi Tanah Air tumbuh positif pada tahun depan. Hal itu bahkan sudah terlihat sejak pertengahan 2021. Okupansi hotel naik, pariwisata bergeliat, disusul usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang kian berkembang dengan adanya digitalisasi.

Advertisement

Pemerintah hanya perlu mendorong UMKM tumbuh lebih besar. “Pemerintah juga perlu mendorong pertumbuhan ekspor tanah air. Mencari sektor riil yang mampu menembus pasar luar,” katanya.

Tak Sebanding dengan Kenaikan UMK

Sebagaimana diberitakan, tiga pekan di pengujung tahun 2021 masyarakat Solo dipaksa membeli barang kebutuhan pokok dengan harga mahal menyusul kenaikan harapan beberapa komoditas pangan. Hampir semua bahan kebutuhan pokok harganya naik.

Baca Juga: Malam Tahun Baru, 100 Petugas Kebersihan Dikerahkan Keliling Kota Solo

Advertisement

Telur misalnya mencapai Rp30.000 per kilogram, cabai rawit Rp90.000 per kilogram, disusul minyak goreng Rp21.000 per liter. Dalam kondisi tercekik itu, masyarakat kian dibikin sesak dengan adanya kenaikan harga gas elpiji nonsubsidi.

Disusul kabar penghapusan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan pertalite pada 2022 mendatang. Padahal, upah minimum Kota (UMK) Solo 2022 hanya naik 1% menjadi Rp2.034.000. Para buruh dengan gaji mepet sampai geleng-geleng kepala melihat naik turun harga yang seolah tak masuk akal.

“Ya tak sebanding kalau saya bilang. Kenaikan harga, apalagi elpiji atau BBM bisa konsisten terus. Kenaikan upah sedikit. Sampai bingung membagi uangnya bagaimana. Bahan pokok enggak naik saja kurang, apalagi sekarang,” kata salah seorang buruh di Solo, Adinda, 32, kepada Solopos.com, Kamis.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif