SOLOPOS.COM - Djoko Setijowarno (Istimewa/dokumen pribadi)

Solopos.com, SOLO — Pakar transportasi yang juga Dosen Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, mengaku kaget saat tahu konsep jalan lingkar timur-selatan Kota Solo berubah menjadi jalan tol.

Djoko yang selalu mengikuti perkembangan transportasi di Solo dan sekitar mengaku tahu dulu rencana awal adalah jalan lingkar, bukan jalan tol lingkar Solo.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Setahu saya jalan lingkar Solo, masa tol? Saya baru tahu kalau tol. Dulu itu lingkar, zaman 2014,” ujarnya saat dihubungi Solopos.com, Selasa (3/1/2023) siang.

Ihwal rencana pembangunan jalan tol lingkar luar Solo, menurut Djoko, dampaknya bisa membuat lahan produktif di Soloraya kembali berkurang. “Habis itu lahan potensialnya. Jalan lingkar saja cukup. Kasihan, aduh, setahun itu berapa lahan Jawa itu habis,” imbuhnya.

Selain akan mencaplok lahan pertanian produktif, Djoko melanjutkan pembangunan jalan dengan konsep tol lingkar Solo bisa mengancam sumber-sumber mata air. Dia mencontohkan sumber-sumber mata air di wilayah Kabupaten Klaten.

“Ya kan daerah sumber mata air itu, daerah Klaten. Juga sawah-sawahnya. Kan akan ketutup itu. Sayang kan. Kalau jalan lingkar enggak apa-apa. Dulu sudah ada konsep jalan lingkar kok, ndak usah jalan tol. Dimatangkan saja jalan lingkar,” kata dia.

Konsep Tol Matikan Perekonomian

Permasalahan lain yang bisa timbul dari pembuatan jalan tol lingkar Solo, menurut Djoko, adalah matinya perekonomian masyarakat kecil di sekitar jalan itu. Sebab jalan tol berkonsep tertutup, berbeda dengan jalan lingkar yang masih terbuka.

Ditanya apakah jalan lingkar Solo dapat mengatasi kemacetan atau kepadatan lalu lintas, menurut Djoko, bisa saja bila koridor-koridor angkutan umum terus ditambah. “Bisa saja, yang penting ditambah koridor-koridor angkutan umum,” urai dia.

Seperti diketahui, Kementerian PUPR menggelar lelang studi kelayakan atau feasibility study proyek pembangunan jalan dengan konsep tol di lokasi yang sebelumnya direncanakan dibangun jalan lingkar luar timur-selatan Solo.

Rencana itu menuai penolakan dari dua bupati di Soloraya yakni Bupati Karanganyar Juliyatmono dan Bupati Klaten Sri Mulyani. Alasan Juliyatmono salah satunya karena jalan tol akan mematikan perekonomian kawasan sekitar.

Sedangkan alasan Sri Mulyani terkait banyaknya sawah dan lahan produktif yang akan tergilas. Luasannya diperkirakan mencapai puluhan hektare. Padahal lahan produktif di Klaten sebelumnya juga sudah banyak yang tergilas tol Solo-Jogja.

Menanggapi hal itu, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengatakan nantinya kepala daerah akan diajak duduk bareng. “Saya melihat urgensinya, delok wae [lihat saja kondisi] Solo hampir tidak bisa gerak, traffic-nya, urgensinya jalur lingkar itu [solusi],” ujarnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya