Soloraya
Kamis, 2 Desember 2021 - 08:04 WIB

Paling Rentan, Ada 2 Pasien Tuberkulosis-HIV di Wonogiri

Wahyu Prakoso  /  Haryono Wahyudiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi HIV/AIDS (ghanahealthnest.com)

Solopos.com, WONOGIRI– Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Wonogiri mencatat dua orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dengan tuberkulosis (TB) di Wonogiri. Pasien TB/HIV berstatus dua kali lebih rentan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit DKK Wonogiri, Satyawati Prawirohardjo, menjelaskan satu dari dua pasien TB-HIV meninggal dunia di Wonogiri tahun ini. Pasien TB-HIV bisa ditangani di Perawatan Dukungan Pengobatan (PDP) melalui 13 puskesmas dan empat rumah sakit di Wonogiri.

Advertisement

“Mereka terkontrol. Ada penyakit lainnya tetapi yang sering itu TB. Seluruh PDP telah mendapatkan pelatihan dan siap melayani ODHA TB,”  kata dia kepada Solopos.com di UPT Radio Siaran Pemerintah Daerah Wonogiri, Rabu (1/12/2021).

Baca Juga: Selamatkan Produksi Kakao, Indonesia Perlu Kemitraan & Industri Kreatif

Dia menjelaskan tes HIV/AIDS pada pasien TB sifatnya melalui motivasi bukan wajib seperti ibu hamil (bumil) sebab deteksi dini pada bumil sudah ada payung hukum dari Kemenkes. Pimpinan Daerah Aisyiyah Wonogiri, Mentari Sehat Indonesia, dan Semangat Membara untuk pasien TB Multi Drug Resistant membantu untuk memotivasi pasien mengecek status HIV-nya di Wonogiri.

Advertisement

Dokter Layanan Pengobatan dan Dukungan Perawatan HIV-AIDs RS Umum Maguan Husada, Dhian Prasetyo, mengatakan mayoritas pasien AIDS yang berkunjung ke rumah sakitnya telah mencapai stadium III dan IV. TB adalah infeksi oportunistik yang paling berisiko bagi ODHA.

“TB adalah infeksi oportunistik yang cukup sering diderita oleh pasien HIV/AIDS. Oleh karena itu kolaborasi pelayanan HIV/AIDS dan TB harus berjalan baik. Seorang penderita TB harus dilakukan screening HIV, begitu pula penderita HIV/AIDS harus dilakukan screening TB,” paparnya.

Baca Juga: Dinkes Boyolali Perluas Layanan PDP HIV/AIDS

Advertisement

Dia mengatakan penanganan pasien dilakukan sesuai protokol TB yang ditetapkan Kemenkes. Pasien TB-HIV mendapatkan banyak obat untuk TB dan untuk HIV yang semuanya  kesemuanya perlu kepatuhan dalam mengkonsumsi.

“Kedua jenis obat tersebut punya efek samping ke organ hati dan ginjal, jadi perlu pemantauan kondisi organ selama mengkonsumsi kedua obat tersebut,” kata dia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif