SOLOPOS.COM - Pengunjung mengambil gambar foto-foto lawas Srimulat pada Pameran Wayang Golek Srimulat Abadi di Museum Keris Nusantara, Solo, Selasa (8/8/2023). (Solopos.com/Joseph Howi Widodo)

Solopos.com, SOLO—Aneka Ria Srimulat pernah membawa tawa di Taman Balekambang, Solo. Begitu penting grup lawak itu untuk Solo hingga Museum Gubug Wayang membawa “kembali” Srimulat ke Solo dalam bentuk pameran bertajuk Srimulat Abadi di Museum Keris Nusantara Solo, Selasa (8/8/2023).

Pemeran itu terbagi menjadi dua ruang. Pada ruang pertama ketika pengunjung masuk ruang pemeran, tokoh pertama yang ditunjukan dalam bentuk foto adalah Sang Ratu Panggung Berdarah Biru, Raden Ajeng Srimulat.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Seniwati berdarah biru yang lahir di Desa Botokan, Klaten pada 7 Mei 1908 itu bersama suaminya Teguh Slamet Rahardjo membentuk grup lawak keliling bernama Gema Malam Srimulat dengan konsep menggabungkan musik, menyanyi, dan melawak.

Kelompok itu sampai sebelum memasuki 1957 mengganti nama menjadi Srimulat Review sehingga berubah lagi menjadi Aneka Ria Srimulat di tahun yang sama. Di samping foto R.A Srimulat terpanjang juga foto-foto Teguh Slamet Rahardjo yang beraksi dengan alat musik gitar dan saxophone.

Tidak hanya menyimpan foto-foto lama, namun juga kostum khas para pemain Srimulat juga dihadirkan. Salah satunya adalah  baju drakula yang biasa dipakai oleh Nunuk Murdiono. 

Nunuk menjadi salah satu pemain ikonik Srimulat lantaran sering memainkan karakter Drakula dalam beberapa kali pentas. Nunuk yang bergabung dengan Srimulat pada 1978 di Surabaya itu sampai dijuluki Allukard. 

Benda lain yang dipajang dan menjadi ciri khas pemain Srimulat adalah cincin Tessy. Tessy selalu mengenakan cincin batu akik di semua jemari tangannya. Ketika melihat cincin itu, yang teringat di benak pengunjung sudah pasti peran banci.

Lalu terpanjang juga baju daster putih, wig rambut panjang, dan make up ala-ala hantu kuntilanak. Selain hantu eropa seperti drakula, Srimulat ternyata punya karakter hantu lokal seperti kuntilanak. Baju yang terpajang itu dikenakan oleh Sundari.

Lalu pada ruang kedua terdapat wayang golek yang dibuat oleh Seniman Betawi, Tizar Purbaya wayang-wayang itu dibuat dengan detail dari lekukan tubuh, rambut, sampai aksesori yang menjadi khas masing-masing tokoh.

Tokoh wayang yang dibuat seperti R.A Srimulat, Teguh, Djujuk, Asmuni, Tessy, Gogon, Gepeng, Tarzan, Bambang Gentolet, Polo, Nunung, dan Basuki. Selain itu museum gubug wayang membawa koleksi kaset dan foto lama tentang perjalan grup lawak Srimulat.

Direktur Museum Gubug Wayang, Zura Nur Ja Ana menyebut total membawa wayang golek srimulat berjumlah 18. Dia mengaku sejak awal memiliki angan-angan membawa kembali Srimulat ke kota kelahiran Solo. 

“Waktu itu hanya angan-angan, semoga bisa membawa ke Solo, nah sampai ketemu dengan pihak Museum Keris, akhirnya memutuskan kita bawa wayang golek ke Solo,” kata dia. 

Dia berusaha membawa misi memperkenalkan kembali Srimulat kepada masyarakat Solo. Mengingat menurutnya kehadiran Srimulat di Solo kala itu menjadi hiburan utama selain ludruk, ketoprak, wayang orang, dan pentas seni lainnya.

“Dari dulu sebelum Indonesia merdeka sampai sekarang yang mencairkan suasana itu Srimulat. Meski lantaran perkembangan zaman dan personel yang mulai berkurang jadi semakin meredup. Maka ini kita hadirkan kembali,” kata dia.

Kepala UPT Museum Solo, Bonita Rintyowati, mengatakan alasan diadakannya pameran Srimulat Abadi satu bulan penuh lantaran keterkaitannya dengan Kota Solo. “Jadi kita bawa kembali ke Solo. Terutama keterkaitan sejarah Srimulat lantaran pernah tampil di Balekambang,” kata dia.

Hal itu tidak lepas dari peran Teguh yang membuat grup lawak yang sangat membumi dan menghadirkkan guyonan khas akar rumput. Guyonan itu berhasil menarik hati masyarakat Solo. “Sudah 70 tahun usia Srimulat tapi tetap ada di hati masyarakat,” kata dia.

Kedekatan guyonan Srimulat dengan masyarakat grassroot membuat grup lawak yang mempelopori industri lawak modern Indonesia itu, menurutnya bisa menjadi salah satu penggerak ekonomi masyarakat kecil.

Terlebih lahir setelah pendudukan Jepang, Srimulat mampu menjadi oase di tengah ketegangan pasca perang kemerdekaan dan menghadirkan visi yang mulia yakni menghibur lewat guyon.

“Jadi dimulai menjadi hiburan rakyat pada tahun itu, hingga muncul dan menjadi pionir pasar malam, tanpa Srimulat tidak akan ada komedi putar, tidak akan ada para pedagang. Tidak hanya menghibur, pentas komedi Srimulat itu berhasil merangsang pertumbuhan ekonomi kelas bawah,” kata dia.

Pameran Wayang Golek Srimulat Abadi di Museum Keris Nusantara Solo bakal berlangsung selama satu bulan penuh dari 8 Agustus 2023 sampai 8 September 2023. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya