SOLOPOS.COM - Ilustrasi cuaca panas. (Freepik.com)

Solopos.com, WONOGIRI — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri menyebut cuaca yang terasa panas dan gerah akhir-akhir ini disebabkan sedang memasuki masa peralihan atau pancaroba dari musim penghujan ke kemarau.

Kepala Pelaksana BPBD Wonogiri, Trias Budiono, kepada Solopos.com, Minggu (19/3/2023), mengatakan peralihan musim penghujan ke kemarau menyebabkan suhu di Wonogiri meningkat dibandingkan sebelumnya.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Terlebih berdasarkan prakiraan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim kemarau datang lebih cepat. Pada Maret 2022 ini merupakan masa transisi peralihan musim tersebut.

Dalam masa peralihan, cuaca Wonogiri masih sering berubah-ubah dari panas dan gerah ke dingin dan sebaliknya. Saat pagi-siang, cuaca cerah tetapi ketika sore-malam terjadi mendung dan potensi hujan cukup tinggi.

Perubahan cuaca dari cerah atau terang menjadi hujan itu mengakibatkan udara panas karena proses penguapan. “Makanya saat siang-malam itu biasanya suhu udaranya naik, terasa panas dan gerah. Itu normal,” kata Trias.

Dia melanjutkan kondisi itu juga bisa terjadi karena sebelumnya masyarakat mengalami musim penghujan dalam waktu lama dan intens. Mereka sudah terbiasa dengan cuaca pada saat musim penghujan yang suhu udaranya relatif rendah.

Ketika mereka dihadapkan dengan peningkatan suhu, tubuh mereka merasakan cuaca lebih panas dan gerah dibanding biasanya. Trias membeberkan dalam masa peralihan seperti ini, sangat dimungkingkan warga mudah demam.

Perubahan cuaca yang cepat dalam satu hari secara berulang membuat mereka yang tidak fit menjadi mudah demam dan sakit. Dia sudah mendapatkan beberapa laporan yang menyebut sejumlah anak di Wonogiri mengalami demam akhir-akhir ini akibat faktor cuaca yang berubah-ubah dari panas dan gerah jadi dingin maupun sebaliknya.

Petani Ubah Pola Tanam

“Oleh karena itu, kami mengimbau masyarakat agar benar-benar menjaga daya tahan tubuhnya, kesehatannya. Terutama untuk anak-anak yang biasanya lebih rentan,” ujar dia.

Dia menambahkan atas dasar prakiraan BMKG yang menyebut kemarau datang lebih awal, BPBD sudah mulai memetakan wilayah Wonogiri yang berpotensi mengalami kekeringan saat kemarau.

Tim BPBD Wonogiri bersama sukrelawan sudah mulai memverifikasi dan melakukan asesmen. Data sementara ada tujuh kecamatan di Wonogiri yang berpotensi terdampak kekeringan saat kemarau.

Sementara itu, sejumlah petani di Wonogiri sudah bersiap menyambut musim kemarau yang ditandai suhu yang panas dan gerah ini dengan mengganti pola tanam maupun jenis tanaman. Salah satunya petani asal Selogiri, Wonogiri, Nurika Putra, yang berencana menanam tembakau dari sebelumnya hortikultura.

Tanaman tembakau dinilai lebih tahan cuaca kering saat musim kemarau daripada tanaman lain. Apalagi tanaman pangan seperti padi jelas tidak akan bertahan karena tanaman itu butuh  banyak air.

“Di sini kan pertaniannya tadah hujan. Jadi kalau menanam tanaman yang butuh banyak air, repot. Sebenarnya tanam hortikultura juga masih lumayan bagus, misalnya kacang panjang,” kata pria yang akrab disapa Ipul itu.

Petani lain, Joko, mengungkapkan hal serupa. Saat musim kemarau, tanaman palawija seperti singkong, kentang, dan buah yang menempel tanah seperti melon dan semangka paling bagus untuk ditanam.

“Kemarin waktu penghujan saya tanam melon golden, tapi gagal dua kali karena kebanyakan air. Jadi ini paling cocok untuk tanam itu lagi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya