SOLOPOS.COM - Ilustrasi pengangguran. (Freepik)

Solopos.com, BOYOLALI — Tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Boyolali pada 2020 meningkat drastis dibandingkan tahun 2019. Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) Boyolali, tingkat pengangguran terbuka pada 2019 adalah 3,12 persen kemudian naik menjadi 5,28 persen pada tahun berikutnya.

Kemudian, pada tahun 2021 tingkat pengangguran terbuka Boyolali mengalami sedikit penurunan menjadi 5,09 persen. Koordinator Fungsi Statistik Sosial BPS Boyolali, Subuh Sukmono Putro, mengungkapkan meningkatnya tingkat pengangguran terbuka di Boyolali terjadi akibat pandemi Covid-19.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Pada 2020 dan 2021 itu sudah terjadi pandemi Covid-19. Banyak sekali perusahaan-perusahaan yang tutup dan merumahkan karyawannya. Baik dirumahkan tetap atau menunggu sampai kondisi membaik untuk mereka bisa berkantor lagi,” jelas Subuh saat dihubungi Solopos.com, Rabu (9/3/2022).

Baca juga: Potret Pengangguran Terbuka di Balik Fenomena Maraknya Manusia Silver

Lebih lanjut, dia menjelaskan alasan menurunnya tingkat pengangguran pada 2021 karena telah ada pelonggaran-pelonggaran yang dilaksanakan pemerintah. Namun, Subuh menyoroti terjadi pengurangan pada sektor manufacturing di tahun tersebut.

“Itu terlihat saat mulai ada beberapa pabrik yang mulai mempekerjakan lagi karyawannya. Dari angka Sakernas bisa dilihat berdasarkan sektornya, yang banyak mengalami pengurangan di sektor manufacturing atau industri. Nah, saat di sana berhenti, sektor pertanian dan jasa naik karena itu cara masyarakat bertahan hidup,” jelasnya.

Menganggu Perekonomian

Senada dengan Subuh, Kepala Dinas Koperasi dan Tenaga Kerja (Diskopnaker) Boyolali, Arief Wardianta, mengungkapkan alasan tingginya pengangguran terbuka di Boyolali karena merebaknya pandemi Covid-19 sehingga mengganggu perekonomian.

Baca juga: Sedih, Nenek Sebatang Kara di Boyolali Jadi Korban Pencurian

“Banyak usaha-usaha baik mikro kecil maupun menengah yang mengurangi produksinya bahkan berhenti produksi. Tak pelak banyak tenaga kerja yang dirumahkan bahkan sampai diberhentikan. Faktor lainnya karena bertambahnya lulusan sekolah yang tidak tersalurkan dalam dunia kerja dan dunia usaha,” jelasnya.

Arief kemudian menjelaskan turunnya angka pengangguran di Boyolali disebabkan beberapa faktor seperti mulai banyaknya masyarakat yang memulai usahanya kembali dan mempekerjakan kembali tenaga kerja.

“Selain itu, alasan naiknya karena ada beberapa masyarakat telah divaksin sehingga menambah kekebalan terhadap Covid. Masyarakat juga mulai mengenal pandemi, sehingga membuat masyarakat tahu cara-cara mengantisipasi penyebaran sehingga ketakutan masyarakat terhadap Covid-19 berkurang,” jelasnya.

Baca juga: 8 Dukuh di Tologolele Boyolali Diguyur Hujan Abu Merapi

Untuk mengurangi angka pengangguran di Boyolali, Arief mengungkapkan beberapa cara yang dilaksanakan oleh Diskopnaker Boyolali. Salah satunya adalah mengoptimalkan pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK).

Ia juga mengungkapkan ada pelatihan-pelatihan kewirausahaan lewat tenaga kerja mandiri dan pemberdayaan usaha mikro kecil. “Kami juga melaksanakan kegiatan perluasan kerja melalui Pola Padat Karya. Melaksanakan pembinaan ke perusahaan-perusahaan tentang hubungan industrial guna mengurangi angka perselisihan dan PHK,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya