Soloraya
Senin, 11 Januari 2021 - 22:44 WIB

Pandemi Covid-19, Limbah Medis RSUD Karanganyar Naik 600%

Candra Mantovani  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi limbah medis. (iecycle.org)

Solopos.com, KARANGANYAR -- Wabah Covid-19 berdampak pada produksi limbah medis bahan berbahaya dan beracun (B3) yang semakin meningkat. Di RSUD Karanganyar, sebagai salah satu rumah sakit rujukan pasien Covid-19, produksi limbah medis di tempat tersebut naik hingga 600 persen dibandingkan sebelum wabah.

Pajero Hilang Kendali dan Terhempas Di Tol Sragen, Pengemudinya Meninggal Dunia

Advertisement

Kabid Penunjang Medis dan Non Medis RSUD Karanganyar, Katarina Iswati, mengatakan sebelum adanya wabah Covid-19, pihaknya setiap hari hanya memproduksi limbah medis sebanyak 200 kilogram. Namun, semenjak ada wabah Covid-19, RSUD Karanganyar memproduksi limbah medis hingga 1.200 kilogram per harinya.

“Pastinya berbanding lurus dengan produksi limbah medis yang dihasilkan saat pandemi. Karena banyak sekali alat medis sekali pakai yang kami gunakan dan harus dibuang setelah dipakainya. Bisa naik lima hingga enam kali lipat per harinya dibandingkan sebelum adanya wabah,” jelas dia kepada Solopos.com Senin (11/1/2021).

Didominasi APD

Menurut Katarina, alat medis yang berkontribusi menambah jumlah produksi limbah medis didominasi oleh penggunaan APD. Selain itu, alat ransum yang digunakan oleh pasien Covid-19 dan nakes yang berjaga juga dikategorikan sebagai limbah infeksius dan ikut dalam proses pemusnahan limbah B3.

Advertisement

Hari Pertama PSBB di Solo, Warga Belum Tertib

“Kalau alat suntik sebenarnya malah sedikit. Yang banyak itu malah APD dan alat makan sekali pakai. Karena oral dan mengandung droplet pasien maupun nakes, jadi alat makannya dikategorikan infeksius. Itu yang paling berkontribusi menambah jumlah produksi limbah medis kami,” imbuh dia.

Bertambahnya produksi limbah medis menurut Katarina berbanding lurus dengan semakin membengkaknya pengeluaran untuk penanganan limbah infeksius tersebut. Selain itu, pembengkakan pengeluaran juga terjadi di beberapa alat tak sekali pakai seperti sprei dan lainnya. Hal ini lantaran bahan yang digunakan untuk mencuci alat tersebut lebih mahal dan penggunaannya yang menjadi lebih banyak saat pandemi Covid-19.

Advertisement

“Kalau nominalnya anggarannya membengkak jadi berapa saya kurang hafal. Tapi pastinya naik sesuai jumlah penggunaannya. Covid-19 ini pengeluaran untuk limbah medis memang sangat besar sekali,” papar dia.

Tersambar Petir di Sawah, Warga Trucuk Klaten Meninggal

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif