Soloraya
Kamis, 20 Juli 2023 - 16:08 WIB

Pandemi dan Sistem Zonasi Bikin Usaha Persewaan Indekos Wonogiri Sulit Bangkit

Muhammad Diky Praditia  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi salah satu rumah indekos khsusus pelajar laki-laki di Giripurwo, Wonogiri, yang sepi penghuni lantaran pandemi Covud-19 dan sistem zonasi pada PPDB. Foto diambil Kamis (20/7/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Usaha persewaan kamar indekos untuk pelajar sekolah di Wonogiri mulai bangkit pascapandemi Covid-19. Tetapi sistem zonasi pada PPDB membuat usaha tersebut sulit bangkit kembali seperti masa sebelum pandemi.

Sejumlah tempat indekos sulit mendapatkan penyewa karena sekolah menerapkan sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru (PPDB). Jumlah siswa yang rumahnya jauh dari sekolah dan membutuhkan tempat indekos semakin berkurang.

Advertisement

Salah satu pemilik usaha indekos di kawasan kota Wonogiri, Giyono, mengatakan saat pandemi Covid-19 melanda, kamar indekos yang ia sewakan nihil penyewa. Hal itu terjadi selama lebih kurang dua tahun, yaitu pada 2020 sampai pertengahan 2022.

Kini dari 18 kamar yang ia sewakan semua terisi. Dia menyewakan kamar indekos khusus untuk perempuan yang masih sekolah dengan tarif Rp400.000/bulan.

Advertisement

Kini dari 18 kamar yang ia sewakan semua terisi. Dia menyewakan kamar indekos khusus untuk perempuan yang masih sekolah dengan tarif Rp400.000/bulan.

“Dua tahun lalu, sama sekali tidak ada yang menyewa indekos saya. Itu karena pandemi Covid-19 sehingga anak sekolah belajarnya tidak langsung di sekolah, apalagi ada sistem zonasi juga,” kata Ginoyo saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Kamis (20/7/2023).

Dia melanjutkan mulai pertengahan 2022, usaha persewaan indekos miliknya di kawasan kota Wonogiri mulai bangkit. Saat itu sejumlah kamar berhasil disewa meski belum semuanya. Kemudian pada 2023 ini semua kamar sudah terisi penyewa.

Advertisement

Sempat Nol Penghuni

Kebanyakan mereka yang menyewa kamar indekosnya berasal dari wilayah timur Wonogiri seperti Jatisrono, Nguntoronadi, dan Giritontro . 

“Yang kasihan itu yang menyewakan indekos khusus pelajar laki-laki. Karena sampai sekarang masih banyak yang kosong. Mereka yang masuk SMA negeri melalui jalur prestasi itu banyak yang putri, kalau ada yang pria mereka banyak yang pilih laju. Tapi beberapa indekos putri di sekitar sini pun ada yang masih kosong, beda dengan dulu yang selalu penuh,” ucap dia.

Hal itu dibenarkan salah satu pemilik usaha indekos khusus pelajar laki-laki di sekitar SMAN 1 Wonogiri, Syahidan. Sejak pandemi 2020, kamar indekos yang ia sewakan sebanyak 32 unit itu sama sekali tidak ada yang menghuni.

Advertisement

Sejak sistem zonasi diterapkan mulai 2018 pada SMA di Wonogiri, penyewa di tempat indekos miliknya terus berkurang. Hal itu ditambah dengan pandemi Covid-19 yang membuat tempat indekos dekat SMAN 1 Wonogiri itu sama sekali tak berpenghuni hingga sekarang.

“Indekos khusus putri memang masih ada penyewa, tetapi banyak yang tidak terisi semua. Di sekitar sini dan sekitar SMA negeri lain di Wonogiri pun begiu,” katanya.

Meski sepi penyewa, Syahidan tetap bertahan untuk tetap menyewakan kamar indekos khusus pelajar laki-laki. Sebenarnya dia beberapa kali mendapatkan tawaran dari sejumlah pegawai atau karyawan laki-laki yang ingin sewa indekos di tempatnya, tetapi ia tolak. 

Advertisement

Penyewa dari Kalangan Pekerja

Dia beralasan lelaki dewasa cenderung tidak mudah diatur. Dalam beberapa kasus ia juga mendapati lelaki dewasa kerap mengajak teman perempuan ke indekos padahal pasangan sah mereka. Syahidan juga belum berencana mengubah usaha indekos miliknya di kawasan kota Wonogiri itu menjadi indekos khusus pelajar perempuan. 

“Kalau diubah jadi indekos perempuan, terlalu berisiko, mereka kadang diapeli pacaranya di kosan. Selain itu, kalau melihat indekos putri di sekitar sini, mereka sering sekali harus membenahi saluran air karena tersumbat pembalut,” jelas Syahidan.

Dia menyewakan kamar indekos dengan tarif Rp250.000 per bulan dengan fasilitas kamar mandi dalam, dipan beserta spring bed, dan bantal. Dia hanya berharap sistem zonasi pada PPBD SMA bisa dihapuskan dan kembali ke sistem semula yang mengandalkan nilai rapor atau hasil ujian nasional.

Dengan begitu lulusan SMP dari berbagai wilayah di Wonogiri bisa sekolah di kota sehingga usaha indekos miliknya bisa mendapatkan penyewa. Pemilik usaha indekos lain, Indah, mengungkapkan penyewa kamar indekos miliknya kini mulai meningkat pascapandemi Covid-19.

Dari 11 kamar yang ia sewakan hanya satu yang saat ini kosong. Itu pun baru saja ditinggalkan penyewanya baru-baru ini. Meski tidak mengkhususkan untuk pelajar atau pegawai, kebanyakan penyewa kamar indekos miliknya merupakan pegawai. 

“Ada pelajar tapi hanya satu kamar. Itu pun diisi bertiga,” kata dia. Menurut Indah, kondisi usaha persewaan kamar indekos saat ini sudah mulai bangkit seperti sebelum pandemi Covid-19. Setiap kali ada penyewa yang keluar atau tidak melanjutkan sewa lagi, pasti tidak butuh lama akan datang penyewa kamar baru lagi. 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif