SOLOPOS.COM - Bupati Karanganyar, Juliyatmono, menjajal mesin pemanen padi bantuan dari pemerintah pusat bagi Gapoktan Sido Makmur, Jungke, Karanganyar, Kamis (24/3/2016) siang. (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Panen padi Karanganyar, sepak terjang tengkulak sulit dibendung atas panen raya padi di wilayah Karanganyar.

Solopos.com, KARANGANYAR–Masa panen I padi 2016 atau panen raya di Kabupaten Karanganyar baru mencapai 30-40 persen dari prediksi luas panen sekitar 26.000 hektare.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Sepanjang masa panen ini, sepak terjang para tengkulak tidak bisa direm, menyusul situasional petani. Petani harus menjual gabah atau hasil panen untuk memulai masa tanam.

Seperti diakui Mariman, 53, petani di RT 001/RW 005 Jungke, Karanganyar, saat ditemui Solopos.com, Kamis (24/3/2016), di sela acara panen raya padi bersama Bupati Karanganyar, Juliyatmono.

“Lahan saya hanya 1.400 meter persegi. Panennya sudah pekan lalu, semua saya tebaske [jual]. Harganya Rp350.000-Rp260.000 per kuintal gabah, rendah banget,” tutur dia.

Mariman mengatakan fenomena menjual hasil panen kepada tengkulak dilakukan mayoritas petani di lingkungannya. Alasannya sama, petani butuh modal untuk memulai tanam padi.

Penuturan senada disampaikan Tukimin, petani asal Jungke, Karanganyar, yang juga menghadiri kegiatan panen raya padi bersama Bupati. Tanaman padi miliknya dipanen pekan lalu.

Seperti halnya Mariman, Tukimin juga menjual hasil panen kepada tengkulak. Hasil panen di satu patok lahan pertanian seluas 2.500 meter persegi dijualnya sekitar Rp5,7 juta.

Selain harga jual gabah yang rendah, Mariman dan Tukimin direpotkan dengan serangan hama. Sebab, banyak bulir padi di lahan mereka yang gapuk atau tak ada isinya akibat hama.

Lurah Jungke, Muhammad Jamil, mengatakan masih ada 60 hektare tanaman padi yang sedang menunggu dipanen. Satu hektare lahan menghasilkan 8,8 ton padi.

Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (Distanhutbun) Karanganyar, Supram Naryo, mengakui masa panen raya 2016 masih panjang. Lahan yang dipanen baru 30-40 persen.

Dia menargetkan produksi padi pada masa panen raya ini 150.000-160.000 ton gabah kering panen (GKP). Ihwal harga jual gabah, menurut Supram mulai mengalami peningkatan.

“Sebelum Pak Presiden berkunjung ke Karanganyar, harga gabah di kisaran Rp3.200 per kilogram. Tapi sejak beliau mengecek Bulog Triyagan, harga gabah mulai naik,” terang dia.

Supram mengklaim harga gabah saat ini sekitar Rp3.500-Rp3.600 per kilogram. Dia mengimbau petani tak menjual hasil panen bila harganya jauh dari harga pembelian pemerintah.

“Petani bisa memanfaatkan lumbung-lumbung gabah atau padi di dusun-dusun yang dikelola Gapoktan. Jual hasil panen saat harganya naik, jangan sekarang,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya