SOLOPOS.COM - Ilustrasi panen padi (JIBI/Dok)

REALISASI TANAM PADI

Ilustrasi panen padi (Dok/Solopos)

Solopos.com, WONOGIRI — Bermodalkan nekat, petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Sumber Rezeki, Gunung Mijil, Kelurahan Kaliancar, Kecamatan Selogiri, berhasil memanen padi di 18 hektare.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Untuk bisa memanen, para petani harus mengeluarkan sedikitnya Rp2,1 juta per hektare guna memompa air dari sungai ke area persawahan. Pasalnya, area 18 hektare tersebut sebenarnya tidak masuk dalam Daerah Irigas (DI) Krisak maupun DI Colo Barat.

Petani hanya memanfaatkan air sisa irigasi di sawah Desa Singodutan dan Kaliancar di lokasi lain. Selain soal air, petani di kelompok tani itu juga menghadapi masalah hama tikus.

Anggota Kelompok Tani Sumber Rezeki, Mulyadi, saat ditemui wartawan, di sela-sela kegiatan panen raya di lokasi setempat, Kamis (17/10/2013), mengakui kegiatan petani Sumber Rezeki pada Masa Tanam (MT) III tahun ini memang nekat. Pasalnya, petani hanya memanfaatkan air sisa yang mengalir di sungai tak jauh dari area persawahan.

Dengan bermodalkan pompa dan biaya membeli bahan bakar minyak (BBM) sekitar Rp2,1 juta per hektare, para petani bisa memastikan tanaman padi mendapat aliran air selama tiga bulan penuh. Hasil panen pun lumayan, mencapai 8 ton per hektare.

“Ya bisa dibilang spekulasi atau nekat. Tapi kami sudah hitung, dengan harga jual gabah kering panen Rp4.200 per kilogran (kg), naik dari sebelumnya hanya Rp3.600 per kg, kami sudah bisa untung,” kata Mulyadi.

Keberhasilan memanen padi tersebut tidak lepas dari upaya kelompok tani tersebut untuk tertib dengan waktu. Menurut Mulyadi, 18 hektare lahan tersebut sudah mulai ditanami pertengahan Juli, saat hujan masih sering terjadi. Dengan demikian, walaupun tidak menerima air langsung dari DI Krisak, kebutuhan air padi tetap terpenuhi dengan pompanisasi.

Di sisi lain, Mantri Tani Krisak, Aris Sasono, menyebut sebenarnya para petani sudah diminta tidak menanam padi pada MT III. Hal itu berkaitan dengan rencana pengerukan 26.000 m3 sedimen di Waduk Krisak. Dia menjelaskan MT III ini tetap ada petani nekat menanam padi. Jumlahnya mencapai 80 hektare.

“Dari jumlah itu, sekitar 40-45% usianya sudah 70 hari sehingga kemungkinan bisa panen. Walaupun sebenarnya air dari Krisak tidak bisa dijamin cukup,” ungkap dia.

Lebih jauh, Camat Selogiri, Bambang Haryanto, menegaskan keberhasilan petani Sumber Rezeki tetap memanen padi tak lepas dari kerja keras dan perhitungan biaya yang detail. Bambang menyatakan aksi nekat sebenarnya tidak dianjurkan. Namun, dengan kegigihan petani, hasilnya pun cukup memuaskan. Padahal, dia melanjutkan sebagian areal sawah ada yang terserang tikus.
“Semestinya bisa panen 10 ton per hektare, tapi karena ada tikus hanya panen 7,52 ton per hektare. Walau begitu, nyatanya petani tetap untung,” beber Bambang, didampingi Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Selogiri, Sugito.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya