Soloraya
Senin, 29 Agustus 2022 - 09:39 WIB

Panen Raya Bawang Merah, Ini Kisah Sukses Petani Muda Desa Jimbar Wonogiri

Luthfi Shobri Marzuqi  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Lahan seluas 2.000 meter persegi yang ditanami bawang merah milik Agil Pujanto, 33, petani muda asal Desa Jimbar, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Kamis (25/8/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri M.)

Solopos.com, WONOGIRI – Agil Pujanto, 33, salah satu petani muda asal Desa Jimbar, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, bakal berkantong tebal dalam waktu dekat.

Hal ini karena lahan seluas 2.000 meter persegi yang ia tanami bibit bawang merah 65 hari lalu, kini siap dipanen.

Advertisement

Kepada Solopos.com, Kamis (25/8/2022) lalu, Agil mengaku telah memulai menanam bawang merah sejak 2015.

Satu-satunya alasan yang membuatnya demikian adalah keinginan mengikuti jejak rekan-rekannya yang berhasil menanam beragam tanaman hortikultura. Mulai dari bawang merah, cabai, semangka, melon, dan lain-lain.

Advertisement

Satu-satunya alasan yang membuatnya demikian adalah keinginan mengikuti jejak rekan-rekannya yang berhasil menanam beragam tanaman hortikultura. Mulai dari bawang merah, cabai, semangka, melon, dan lain-lain.

Pada mulanya, Agil menanam cabai sebelum beralih ke penanaman bawang merah. Hal itu karena menanam, merawat, hingga memanen bawang merah lebih mudah ketimbang cabai.

Saat merawat bawang merah, ia hanya perlu menyirami tanaman secara rutin, setiap hari selama satu bulan. Setelah satu bulan, intensitas penyiraman tanaman itu berkurang, menjadi dua kali dalam sepekan.

Advertisement

Saat masa panen tiba, tanaman itu hanya perlu dicabut dan siap ditanami bibit bawang merah yang baru. “Dari keperluan satu kuintal bibit, hasil panennya jadi tiga kuintal. Rutin setiap dua atau tiga bulan sekali [panen bawang merah],” ujarnya.

Untuk menjalankan bisnis pertanian bawang merah itu, Agil mengeluarkan modal senilai Rp8 juta-Rp10 juta. Saat harga bawang merah tinggi, mencapai Rp80.000/kg beberapa bulan lalu, omzet yang ia dapatkan bisa senilai Rp40 juta.

“Dipotong modalnya, keuntungan bersih saya jadi sekitar Rp30 juta,” imbuh dia.

Advertisement

Ketika harga pasaran bawang merah turun hingga Rp25.000/kg seperti sekarang, keuntungan yang Agil dapatkan menipis. Kendati demikian, ia tak terlalu mempermasalahkan tinggi atau rendahnya keuntungan saat panen bawang merah. Asalkan konsisten, kata dia, hasil bertani di bawang merah tetap menguntungkan.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, Petani hortikultura di Desa Jimbar seperti Agil berjumlah 30-an orang. Rentang usia mereka dari 18 tahun-40 tahun. Mereka menamai diri dengan sebutan Petani Muda Bergaya.

Kepala Desa (Kades) Jimbar, Sutrisno, mengatakan keberadaan petani muda di desanya sudah digagas sejak 2012.

Advertisement

“Kami ubah mindset petani kultur menjadi petani nalari. Kalau petani kultur itu mereka hanya mananam ketela pohon, jagung, yang jika dihitung-hitung rugi. Makanya kami ubah menjadi petani nalari, dengan menanam tanaman hortikultura justru lebih menguntungkan,” ucap Kades kepada Solopos.com, Kamis (25/8/2022).

Mulanya ia memberi bantuan berupa pelatihan, bantuan bibit, yang difasilitasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Sasarannya ialah anak-anak muda di Desa Jimbar. Anak-anak muda itu diberi motivasi bahwa, hasil bertani hortikultura dapat menghasilkan omzet yang menjanjikan.

“Sekarang, lebih dari 20 hektare lahan sudah ditanami tanaman hortikultura yang didominasi oleh anak muda. Hal ini sekaligus dimaksudkan untuk mengurangi tingkat urbanisasi yang luar biasa, karena, kenapa harus kerja di kota wong di desa sudah ada yang menjanjikan,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif