Soloraya
Kamis, 11 Agustus 2011 - 16:05 WIB

Panen raya di Polanharjo diwarnai protes petani

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan pada Kementerian Pertanian (Kementan), Udhoro Kasih Anggoro bersama dengan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo memanen padi inpari 13 di Desa Sidowayah, Polanharjo. (JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri)

Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan pada Kementerian Pertanian (Kementan), Udhoro Kasih Anggoro bersama dengan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo memanen padi inpari 13 di Desa Sidowayah, Polanharjo. (JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri)

Klaten (Solopos.com)--Kegiatan panen raya padi inpari 13 di Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Kamis (11/8/2011), diwarnai protes petani yang mengalami gagal panen.

Advertisement

Adalah Dalno, 32, seorang petani asal Mandong, Trucuk, Klaten yang berani melontarkan protes di hadapan Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan pada Kementerian Pertanian (Kementan), Udhoro Kasih Anggoro seusai kegiatan panen raya.

Dalam kesempatan itu, Dalno memprotes belum turunnya bantuan ganti rugi akibat sawah puso yang pernah dijanjikan oleh pemerintah pusat. “Pemerintah sudah berjanji akan mengganti biaya sawah puso pada Juli. Sekarang sudah Agustus, tapi mengapa biaya ganti rugi itu belum juga turun,” protes Dalno kepada Udhoro.

Menanggapi hal itu, Udhoro mengatakan belum turunnya bantuan ganti rugi sawah puso itu dikarenakan sedang dalam proses administrasi. Namun begitu, dia menjamin bahwa biaya ganti rugi sawah puso itu sudah disiapkan oleh Kementan. “Memang belum turun. Tetapi duitnya sudah ada. Nanti akan kami berikan langsung kepada kelompok tani. Persoalannya, belum semua kelompok tani memiliki rekening. Sekarang kami masih melakukan survei ke lapangan untuk mengetahui kesiapan petani,” tutur Udhoro.

Advertisement

Pemerintah pusat mengalokasikan dana Rp 3,7 juta per hektare untuk mengganti rugi semua sawah puso. Rencananya, dana itu digunakan untuk ganti rugi pembelian pupuk senilai Rp 1,1 juta per hektare dan ganti rugi biaya penggarapan lahan senilai Rp 2,6 juta per hektare.

Namun hingga kini, petunjuk teknis rencana pengucuran bantuan itu belum sampai di Dinas Pertanian (Dispertan) di masing-masing daerah. “Sama sekali kami belum menerimanya (petunjuk dan teknis-red). Kami belum bisa berkomentar terkait hal itu,” kata Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan dan Hortikultura Dispertan Klaten, Wahyu Prasetyo.

Disi lain dalam sambutannya, Bibit Waluyo sesumbar bahwa varietas padi inpari 13 sudah terbukti ampuh tahan terhadap hama wereng. Keberhasilan panen itu, kata Bibit, dipengaruhi oleh faktor perilaku petani sendiri. “Bukan hanya inpari yang unggul. Tanpa didukung petani yang melakukan pola tanam dengan benar dan bersedia menanam padi dengan serempak, panen ini tidak akan terwujud,” tukas Bibit.

Advertisement

(mkd)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif